Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Vaginismus: Saat tubuh menolak berhubungan seks

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Isley Lynn The Other Richard

"Anda tidak bisa menjamin bisa mengontrol tubuh Anda sendiri."

Perempuan Inggris, Isley Lynn, mengungkapkan bahwa pengalaman berhubungan seks untuk pertama kalinya saat remaja membuat hatinya hancur berkeping-keping.

Baca Juga:

"Benar-benar membuat saya sedih ... saya merasa ini seperti kesalahan saya sepenuhnya, padahal keadaannya tidak seperti itu," ujar Lynn.

Apa yang terjadi pada Lynn, dikenal dengan vaginismus, tak sering dibicarakan secara terbuka.

Dan untuk mendorong publik mengetahui apa vaginismus ini, Lynn, yang saat ini berusia 30 tahun, menggelar pertunjukan panggung, Skin a Cat, di sejumlah kota di Inggris, mengusung tema tentang pengalaman pribadi yang ia alami tersebut.

Skin A Cat The Other Richard
Pertunjukan drama panggung Skin a Cat mengusung tema pengalaman perempuan dengan vaginismus.

Baca Juga:

Layanan Kesehatan Inggris, NHS, mendefinisikan vaginismus sebagai reaksi otomatis akibat ketakutan dari penetrasi terhadap vagina.

Karena kondisi ini, otot-otot vagina akan mengencang dan perempuan yang mengalaminya tak bisa mengontrol sama sekali.

Seseorang yang mengalami vaginismus akan kesulitan ketika memasukkan tampon atau berhubungan seks. Ia akan merasakan seperti nyeri.

"Saya pertama kali mencoba memasukkan tampon saat bersusia 10 tahun. Sangat menyiksa, rasanya seperti tidak ada lubang, seperti ada tembok, padahal kan mestinya ada lubang di sana," kata Lynn.

Ia sadar ada sesuatu pada dirinya setelah punya pengalaman buruk saat berhubungan badan dengan kekasihnya.

Tampon Getty Images
Mereka yang mengalami vaginismus mungkin kesulitan memasukkan tampon.

Kondisi ini sangat berdampak terhadap emosi Lynn dan juga hubungan Lynn dengan kekasihnya.

"Saya ingat betapa takutnya saya karena khawatir kekasih saya akan mengira bahwa saya tak mencintainya atau saya tak tertarik secara fisik dengannya," kata Lynn.

Ia didiagnosis mengidap vaginismus pada akhir masa remajanya dan untuk mengatasinya ia menjalani latihan dan fisioterapi yang ditujukan untuk membuat otot vagina menjadi lebih lentur.

Lynn menyebut setelah usaha menjalani penanganan medis itu, ia segera sadar proses itu tak berjalan sesuai harapannya. Lynn pun berpikir, upaya medis bukanlah solusi untuk kebahagiaan jangka panjangnya.

Doctor treating a patient Getty Images
Penanganan medis terhadap vaginismus mencakup terapi fisioseksual dan teknik relaksasi.

"Adalah ahli terapis yang menghentikan saya dan bertanya seberapa besar keinginan saya untuk menjadi normal."

"Dan perbicangan itulah yang anda lihat dalam bagian akhir lakon ini. Karakter ini diminta memastikan apa yang diinginkannya dalam kehidupan seks."

"Dia sadar, dia tidak harus memiliki kehidupan seksual seperti yang dinikmati orang lain."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Itulah yang anda tulis dalam naskah kehidupan dan yang seharusnya membuat anda bahagia," ujar Lynn.

A couple in bed Science Photo Library

Jika anda terpengaruh oleh persoalan seperti ini, anda mungkin akan mendapatkan informasi berharga di laman BBC Advice.

Sulit mengestimasi jumlah perempuan di Inggris yang mengalami vaginismus, meski jajak pendapat terakhir menyebut setidaknya satu dari 10 perempuan di negara itu menganggap hubungan seksual sebagai sesuatu yang menyakitkan fisik.

Walaupun sebenarnya pendapat tadi bisa saja didasarkan pada alasan yang berbeda-beda, vaginismus hanyalah satu di antaranya.

"Vaginismus berbeda dengan rasa sakit biasa yang terjadi saat hubungan seks karena itu adalah reaksi alamiah tubuh," kata Vanessa Mackay, dokter spesialis obstetri dan ginekologi di Rumah Sakit Universitas Queen Elizabeth di Glasgow, Skotlandia.

"Barangkali sulit menyebut jumlah perempuan yang mengidap vaginismus karena mayoritas perempuan yang mengalami persoalan seks tak ingin membicarakannya," kata Mackay.

Sebagai tambahan penanganan kondisi fisik, langkah medis juga diarahkan ke sisi mental, terutama ketakutan atas suatu penetrasi.

Konseling fisioseksual kerap dilakukan, kata Mackay. "Ini semacam terapi pembicaraan yang membantu anda memahami dan mengubah perasaan terhadap tubuh anda."

"Hal seperti teknik relaksasi membantu anda membiasakan diri melegakan otot vagina. Latihan gerak tulang pelvis juga dapat digunakan untuk menanggulangi vaginismus."

"Dan kami menentukan metode pelatihan juga, ini adalah benda berbentuk tampon yang memiliki lebar berbeda-beda sehingga anda dapat terbiasa merasakan sesuatu dalam vagina," kata Makcay.

BBC Teresa
Teresa mencoba terapi hipnosis untuk menyembuhkan vaginismus.

Teresa, 23 tahun, juga mengalami vaginismus. Setelah dokter mendiagnosa penyakit itu, ia mengaku mendapat beragam tawaran penanganan med

"Seorang konselor menyarankan saya mencoba metode hipnosis, yang dalam suatu masa kelam pernah saya coba tapi tak berdampak sama sekali."

"Saya sedikit skeptis jadi sepanjang waktu saya berpikir, 'Ini tidak akan menyembuhkan saya'," kata Teresa.

Ia menambahkan, "Satu hal yang tak bekerja bagi saya adalah dilator, alat yang dapat membiasakan anda merelaksasi vagina."

"Kehidup saya kini menyenangkan, sehari-hari saya tak khawatir tentang penyakit ini."

"Saya sudah sangat tenang dan bahagia. Awalnya sulit, tapi ketika anda menemukan suatu solusi, segalanya akan menjadi mudah sejak saat itu," ujarnya.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada