Pemilihan umum yang digelar pada 17 April lalu menyisakan limbah berupa spanduk, baliho, dan alat peraga kampanye lainnya. Di Jakarta saja, diperkirakan terdapat lebih dari 260.000 alat peraga kampanye yang bisa diambil dari ranah publik. Sejumlah orang kemudian memutuskan untuk mendaur ulang APK tersebut menjadi tas belanja, celana, dan barang keperluan lain.
Salah seorang yang menginisiasi daur ulang ini adalah seorang seniman lukis, Harist Alfradi Dewanto.
Harist mengatakan langkah ini bermula dari perjalanan pulang dari studionya di Cililitan, Jakarta Timur ke rumahnya di Bogor.
- Petugas KPPS yang meninggal dunia bertambah menjadi 91 orang, 374 jatuh sakit
- Quick Count: 'Prabowo unggul di 18 provinsi, tapi jumlah pemilih Jokowi lebih banyak'
- Pemilu 2019: Kenapa dukungan untuk Prabowo begitu kuat di Sumatra Barat?
Ia melihat pemandangan baliho, spanduk dan poster kampanye di suatu ruas jalan layang "mengganggu".
"Sudah warnanya primer semua, pusing," ujarnya.
Mulai dari situ terlintas pikiran untuk menjahit baliho-baliho tersebut menjadi satu. Hasilnya kemudian ia unggah di Instagram dan mendapat ribuan like.
Harist mengaku ketagihan mengolah limbah alat peraga kampanye dan berniat membuat pameran yang melibatkan masyarakat. Ia mengatakan tengah menyiapkan desain untuk memproduksi celana, tas, dan celana pendek untuk pameran pada Mei nanti.
Seniman lukis ini juga mengajak warga untuk bergabung dengan membawa limbah kampanye kira-kira seukuran lima meter persegi atau kira-kira dua spanduk besar untuk dijadikan produk.
https://www.instagram.com/p/BwR6b3Qlz4r/?utm_source=ig_web_copy_link
Tanpa modal
Di Yogyakarta, sisa kampanye ini didaur ulang oleh pengrajin Erlin Herliani.
Erlin merasa spanduk-spanduk yang banyak dipasang termasuk, di depan rumahnya, mengganggu pemandangan, dan terlintas di pikirannya untuk 'menyulap' kain-kain rentang tersebut menjadi tas belanja.
"Akhirnya ya sudah aku pretelin yang ada di deket rumah saja, aku bikin shopping bag," cerita Erlin kepada Arin Swandari yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Setiap kali Erlin keluar rumah dan melihat spanduk kampanye, ia kumpulkan kain-kain itu untuk dimanfaatkan.
"Pada menggantung-gantung di pohon mangga, pohon nangka, duh gila," serunya.
Unggahan tas belanjanya di media sosial juga menjadi rebutan, dengan produksi pertama 30 tas yang dibanderol Rp15.000 per buah langsung ludes terjual.
Ia mengatakan sudah ada sejumlah orang yang mengontaknya untuk mengirim sampah sisa spanduk kampanye.
"Kan tak pakai modal ya, cuma modal ongkos jahit saja ke karyawanku."
Di Bandung, sebuah organisasi pengolah limbah residu – jenis sampah yang nyaris tak pernah dilirik untuk diolah kembali – juga menangkap peluang sisa kampanye ini.
Parongpong menyulap bekas spanduk kampanye di Bandung dan Jakarta jadi tas sampah
Pendiri Parongpong, Rendy Aditya Wahid, mengatakan mereka perlu tas sampah dan merasa momennya tepat saat kampanye — rencana yang kemudian disampaikan melalui media sosial dan mendapat sekitar 50.000 tanggapan warganet.
Rendy mengatakan, ia senang gagasan pemanfaatan limbah kampanye banyak direspon oleh publik, walaupun yang benar-benar bergerak tak seramai komentar di media sosial.
"Ada yang bilang, Mas ini kompensasinya, setelah saya kumpulin, lalu saya kasih ke Mas, apa ya? Saya bilang kompensasinya lingkungan Mas jadi bersih, tadinya banyak spanduk jadi bersih dari spanduk," ungkap Rendy yang mengaku diberondong banyak pertanyaan dari warganet dari seluruh Indonesia.
"Kalau kalian berharap dikilo lalu berharap dapat berapa rupiah, silakan kalian coba tawarkan ke partai-partai dan caleg-caleg yang tampangnya ada di kampanye. Semua orang sudah melihat ini sebagai sampah, di tangan kami tidak jadi sampah."
Dalam sehari bisa ada lebih dari satu truk bekas spanduk kampanye, kata Randy.
Para penjahitnya adalah para penyandang disabilitas yang disokong oleh sebuah perusahaan.
Tas-tas sampah itu akan digunakan untuk penyelenggaran Happiness Festival, sebuah acara yang menghimpun 25.000 peserta dari komunitas, perusahaan, hingga pemerintah daerah untuk bergerak dalam program keberlanjutan. Festival akan dihelat di Lapangan Banteng, Jakarta pada 27-28 April 2019.
"Nanti ada dua jenis, ada yang kecil dan besar, ada tiga kategori organik, recycle, dan residu," kata penyelenggara Happiness Festival Israddudin.
Rendy berharap ada kelompok-kelompok lain di berbagai daerah yang berkreasi memanfaatkan limbah.
Berlomba-lomba dalam daur ulang
https://www.instagram.com/p/BwdK7cWBYTi/
Di Jawa Tengah, salah satu inisiatif pemanfaatan limbah kampanye datang dari Gubernur Ganjar Pranowo yang mengadakan sayembara melalui Twitter, Instagram, dan Youtube dengan hadiah Rp20 juta.
"Hasil kreasi mereka menarik, sebenarnya saya hanya ingin memberi ruang saja, agar banner, baliho yang berbahan plastik itu tidak dibuang asal-asalan," kata Ganjar.
"Paling tidak kata Ganjar sampah yang sulit busuk itu bisa dimantaafkan menjadi barang yang bisa digunakan sehari-hari. "Sebenarnya spirit saya agar mereka peduli terhadap sampah plastik," tambahnya.
Tindak lanjut lomba, kata Ganjar, jika hasilnya bagus, bisa dikembangkan teknologinya.
"Plastik mungkin tidak dijahit, mungkin dengan teknologi panas dan sebagainya, kita bisa belikan alat. Saya membayangkan kalau ada satu produk yang diminati oleh publik, apakah itu dengan dibeli atau disumbangkan, bukan tidak mungkin, saya mengadakan itu untuk komunitas tertentu, katakan penyandang disabilitas," papar Ganjar.
"Ini bisa menjadi sociopreuner yang bisa kita kerjakan," katanya.
Sejauh ini Ganjar belum mendapat informasi dari jajarannya berapa volume sampah sisa kampanye di Jawa Tengah.
"Waktu kami menggerakkan untuk mencopot sendiri, karena sangat jarang caleg mau nyopot sendiri kan, maka saya gerakkan, siapa mau ikut saya mau nyopotin, beberapa tim sukses ada, tapi calegnya belum ikut," katanya, merujuk masa tenang kampanye selama tiga hari pada 14-16 April lalu.