Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Virus corona: Sejumlah dokter di India ‘diludahi dan dilempari batu’ saat perangi Covid-19

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan

Sejumlah tenaga kesehatan di India mengalami serangan dari anggota masyarakat selagi berupaya menghentikan penyebaran virus corona.

Beragam laporan menyebutkan beberapa dokter diludahi dan diusir dari rumah warga yang diduga mengidap Covid-19. Dalam salah satu kasus bahkan sejumlah pasien melontarkan makian kotor ke perawat-perawat perempuan.

Baca Juga:

Ada pula laporan beberapa dokter dan keluarga mereka dikucilkan para tetangga karena dokter-dokter tersebut menangani pasien yang terinfeksi Covid-19.

Di India sejauh ini terdapat lebih dari 3.500 kasus dan sedikitnya 99 orang meninggal dunia, sebagaimana tercatat dalam data Universitas Johns Hopkins, Amerika Serikat.

Sebuah video yang kini viral memperlihatkan kerumunan massa melempari dua dokter perempuan dengan batu di Kota Indore.

Baca Juga:

Kedua dokter yang memakai alat pelindung diri (APD itu disebut diserang saat berkunjung ke sebuah kawasan padat penduduk guna memeriksa seorang perempuan yang diduga mengidap Covid-19.

https://twitter.com/Anurag_Dwary/status/1245546299002204161


Walau mengalami cedera, salah seorang dokter dalam video itu, Zakiya Sayed, mengatakan insiden tersebut "tidak akan menghalangi saya melakukan tugas".

"Kami sedang melakukan tugas rutin untuk memeriksa kasus-kasus suspect. Kami tidak mengira kami akan diserang."

"Saya tidak pernah melihat adegan seperti itu, menakutkan. Entah bagaimana kami bisa melarikan diri dari kejaran massa. Saya cedera namun tidak takut sama sekali."

Dr Sayed menambahkan: "Kami tidak punya alasan untuk curiga bahwa orang-orang akan terusik oleh tim medis."

"Kami bekerja agar orang-orang sehat. Sebelumnya kami punya informasi mengenai seseorang yang berkontak dengan pasien Covid-19. Kami sedang bicara dengan orang itu ketika warga terusik dan menyerang kami."

Sebanyak tujuh orang telah ditahan aparat atas keterkaitan mereka dengan insiden itu.

Dr Anand Rai, yang merupakan bagian dari gugus tugas Covid-19 di Indore, mengatakan kepada BBC: "Tidak ada yang bisa membenarkan serangan terhadap tim medis. Namun itu terjadi di kawasan mayoritas Muslim, di mana secara umum ada ketidakpercayaan kepada pemerintah."

Dia mengatakan, area itu baru-baru ini menjadi saksi demonstrasi menentang undang-undang kewarganegaraan yang anyar.

"Sehingga kemarahan meluap dan diwujudkan dalam serangan ini. Namun, apapun alasannya, tidak ada yang bisa membenarkan aksi kekerasan, khususnya terhadap dokter dalam darurat kesehatan nasional," paparnya.

virus corona BBC

GEJALA dan PENANGANAN: Covid-19: Demam dan batuk kering terus menerus

TIPS TERLINDUNG DARI COVID-19: Dari cuci tangan sampai jaga jarak

PETA dan INFOGRAFIS: Gambaran pasien yang terinfeksi, meninggal dan sembuh di Indonesia dan dunia

VAKSIN: Seberapa cepat vaksin Covid-19 tersedia?


Sementara itu, sebuah rumah sakit di Kota Ghaziabad di bagian utara India juga menjadi tempat kericuhan pada Kamis (02/04).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Rumah sakit itu menempatkan setidaknya 21 orang di karantina setelah mereka menghadiri acara Jamaah Tabligh yang dikaitkan dengan ratusan kasus positif corona di India.

Di rumah sakit Ghaziabad, beberapa orang yang dikarantina dituding menggunakan kata-kata makian kotor ke sejumlah perawat.

india Getty Images
Hampir 400 kasus Covid-19 terlacak asal-usulnya ke pertemuan Jamaah Tabligh di Delhi.

"Beberapa orang berjalan telanjang di bangsal rumah sakit serta melecehkan dokter-dokter dan perawat perempuan," papar seorang dokter yang bekerja di rumah sakit itu kepada BBC.

"Mereka terus meminta rokok dan tembakau."

Seorang perwira senior polisi di kota tersebut memaparkan kepada BBC bahwa sejumlah dokter telah mengadukan kasus pidana.

"Mengadukan kasus adalah pilihan terakhir. Polisi masih berupaya membuat mereka memahami keparahan situasi ini," ujarnya.

Insiden-insiden serupa dilaporkan terjadi di ibu kota India, Delhi.

Sejumlah peserta pertemuan Jamaah Tabligh yang berada di fasilitas karantina yang dikelola perusahaan kereta api disebut-sebut meludahi beberapa dokter.

Deepak Kumar, juru bicara perusahaan Northern Railways, mengatakan situasi sudah terkendali.

"Para peserta sudah diberi pengarahan dan kini mereka bekerja sama dengan para staf," katanya.

Pemerintah daerah Delhi dilaporkan telah menulis surat kepada polisi, berisi permintaan tambahan keamanan untuk staf medis.

Laporan mengenai serangan terhadap dokter dan perawat juga datang dari Kota Hyderabad di selatan dan Kota Surat di barat.

Seorang dokter yang menangani pasien-pasien Covid-19 di Rumah Sakit Gandhi di Hyderabad dilaporkan diserang pada Rabu (01/04).

Polisi telah berjanji kepada sang dokter bahwa "tindakan tegas akan diambil terhadap pelaku-pelaku".

Akan tetapi, serangan dan hinaan terhadap tenaga kesehatan tidak hanya terjadi di tempat kerja.

Seorang dokter, yang tidak ingin identitasnya dipublikasikan, mengaku merasa "sangat sedih ketika saya tahu bahwa tetangga-tetangga berpikir saya dan keluarga saya seharusnya tidak diperbolehkan tinggal di dalam gedung".

"Kami ingin keluarga kami aman. Namun kami didiskriminasi karena melakukan pekerjaan kami."

"Sejumlah dokter telah teruji positif di seantero India dan itu menunjukkan betapa sulitnya pekerjaan kami pada saat itu. Dan itu sebabnya kami memerlukan sokongan semua orang untuk memenangi peperangan melawan virus corona."

Ditambahkannya: "Kami mengikuti semua protokol kesehatan. Kami bahkan tidak bertemu dengan keluarga kami dan itu membuat stres."

"Namun menyaksikan diskriminasi secara terbuka benar-benar membuat hancur hati saya. Meski begitu, saya akan terus berjuang karena tidak ada pilihan lain."a.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada