Sejumlah unjuk rasa anti pemerintah yang terjadi di beberapa kota di Iran telah berubah menjadi aksi kekerasan, demikian yang ditayangkan sejumlah video.
Unjuk rasa digelar sejak tiga hari, diawali protes terhadap kenaikan harga-harga barang pokok, yang disebut sebagai demontrasi terbesar sejak unjuk rasa pro-reformasi pada 2009.
Para pengunjukrasa telah mengabaikan peringatan yang dikeluarkan oleh kementerian dalam negeri Iran agar mereka tidak menggelar "pertemuan yang dihadiri orang banyak"
- Demo anti pemerintah menyebar di beberapa kota di Iran
- Apa yang melatarbelakangi perselisihan Arab Saudi dan Iran?
- Kekuatan global pertahankan kesepakatan nuklir Iran, ditengah ancaman Trump
Dua orang demonstran dilaporkan tewas di kota Dorud setelah mengalami luka tembak seperti yang ditayangkan sebuah video yang disebarkan di media sosial.
Video yang difilmkan di tempat lain di negara tersebut memperlihatkan beberapa pemrotes membakar kendaraan poli si dan ada laporan tentang serangan terhadap kantor pemerintah.
Bagaimana awalnya terjadi demonstrasi?
Unjuk rasa dimulai dari kota Masyhad di wilayah utara, Kamis (28/12), menolak kenaikan harga barang bahan pokok , dan demo ini menyebar ke kota-kota besar lainnya pada Jumat (29/12).
Pemerintah Iran menuduh kelompok anti-revolusioner dan agen-agen kekuatan asing yang dianggap menyebarkan virus anti pemerintah.
Secara keseluruhan, jumlah pengunjukrasa disebutkan berkisar antara ratusan orang di tempat tertentu dan ribuan orang di tempat lainnya.
Selama unjuk rasa, massa meneriakkan slogan menentang bukan hanya kepada Presiden Hassan Rouhani tetapi juga kepada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, dan peraturan keagamaan pada umumnya.
Para demonstran dilaporkan meneriakkan slogan-slogan seperti "Rakyat mengemis, ulama bertindak seperti Tuhan".
Ada juga kemarahan atas intervensi Iran di luar negeri. Di Masyhad, beberapa orang meneriakkan "bukan Gaza, bukan Lebanon, hidupku untuk Iran", sebagai referensi bahwa yang menjadi fokus pemerintah adalah isu-isu luar negeri bukannya masalah domestik.
Demonstran lain meneriakkan "tinggalkan Suriah, pikirkan kami" dalam beberapa video yang diunggah di internet. Iran adalah pendukung militer utama bagi pemerintah Bashar al-Assad di Suriah.
Apa yang terjadi sekarang?
Sebagian besar informasi tentang apa yang sedang terjadi bertebaran di media sosial, sehingga sulit untuk mengkonfirmasinya.
Di kota Abhar, di wilayah utara Iran, para pengunjukrasa membakar spanduk besar yang memuat foto Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Sementara di kota Arak, Iran bagian tengah, para pemrotes dilaporkan telah membakar markas kelompok milisi Basij yang pro pemerintah.
Di ibukota Iran, Teheran, sejumlah besar pemrotes berkumpul di alun-alun Azadi, seperti dilaporkan BBC Persia. Seorang pimpinan senior Garda Revolusi di Teheran mengatakan situasi sudah terkendali di kota itu.
Di kota Masyhad, para pemrotes membakar sepeda motor milik polisi saat terjadi bentrokan seperti yang terekam dalam video.
Ada juga banyak laporan tentang orang-orang yang kehilangan akses internet di telepon pintar mereka.
Di Kermanshah, di wilayah barat Iran, seorang demonstran bernama Makan mengatakan kepada BBC Persia bahwa pengunjukrasa dipukuli, "tapi kami tidak tahu apakah itu polisi atau milisi Basij".
"Saya tidak memprotes Presiden Rouhani, walaupun dia perlu memperbaiki situasi ekonomi, tapi ini adalah sistem yang busuk," katanya. "Ini Republik Islam dan semua institusi harus direformasi."
Sebelumnya, pemrotes di Universitas Teheran menuntut agar Ayatollah Khamenei untuk turun dari kursi kekuasaan dan sempat terjadi bentrokan dengan aparat polisi.
Seperti apa reaksi terhadap unjukrasa?
Pimpinan aplikasi pesan, Telegram mengatakan sebuah akun milik warga Iran diblokir karena menyerukan serangan terhadap polisi, menyusul pengaduan dari kementerian komunikasi Iran.
Di AS, Presiden Donald Trump menuliskan pesan di akun tweeternya: "Rezim yang opresif tidak dapat bertahan selamanya, dan waktunya akan tiba ketika rakyat Iran akan memilih. Dunia mengawasi!"
Kementerian luar negeri Iran menyebut komentar Trump dan pejabat AS lainnya sebagai sikap "oportunistik dan penuh tipuan".
Wakil Presiden Iran, Eshaq Jahangiri menuduh kelompok anti pemerintah berada di balik unjuk rasa, demikian dilaporkan lembaga siaran pemerintah Iran, IRIB.
Dia mengatakan: "Sejumlah insiden di negara ini sepertinya berlatar masalah ekonomi, tapi nampaknya ada maksud lain di belakangnya. Mereka berpikir dengan melakukan ini, akan membuat pemerintah tersakiti. Tapi sebetulnya ada pihak lain yang menungganginya."