Iran memperingatkan bahwa pertempuran yang terus berkecamuk antara dua negara tetangganya, Azerbaijan dan Armenia, dapat meningkat menjadi perang regional yang lebih luas.
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan dia berharap untuk "memulihkan stabilitas" di kawasan itu setelah beberapa hari bentrokan hebat atas wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan.
Wilayah sengketa itu secara resmi merupakan bagian Azerbaijan, namun penduduknya didominasi oleh etnis Armenia.
Konflik yang terjadi saat ini adalah yang terburuk dalam beberapa dekade, dan kedua kubu menyalahkan satu sama lain.
- Mengapa perang Armenia-Azerbaijan berpotensi munculkan konflik lebih besar yang libatkan Rusia-Turki?
- Nagorno-Karabakh, liputan eksklusif BBC, warga: 'Situasinya mengerikan, tapi dunia diam'
- 'Bertempur atau dipenjara' - warga Suriah dikirim Azerbaijan untuk perangi Armenia
"Kita harus penuh perhatian [agar] perang antara Armenia dan Azerbaijan tidak menjadi perang regional," kata Presiden Rouhani, Rabu (07/10).
"Perdamaian adalah dasar dari kerja kami dan kami berharap dapat memulihkan stabilitas kawasan dengan cara damai," tambahnya.
Presiden Rouhani juga mengatakan peluru dan rudal yang secara tidak sengaja mendarat di tanah Iran "sama sekali tidak dapat diterima".
Pernyatan itu menanggapi adanya laporan bahwa peluru telah mendarat di desa-desa di Iran, tepat di seberang perbatasan utara dengan Armenia dan Azerbaijan.
"Prioritas kami adalah keamanan kota dan desa kami," kata Rouhani.
Komandan Penjaga Perbatasan Iran. Qasem Rezaei. menambahkan pasukannya telah dikerahkan "dalam formasi yang diperlukan" untuk mengantisipasi kemungkinan pertempuran.
"Sejak awal konflik... sejumlah peluru artileri dan roket menghantam wilayah [Iran]," katanya, menurut kantor berita Tasnim.
"Penjaga perbatasan kami waspada dan telah pindah ke formasi yang diperlukan. Mereka sepenuhnya memantau dan mengendalikan perbatasan."
Apa yang terjadi?
Pada Rabu (07/10), Presiden Rusia Vladimir Putin menyerukan diakhirinya pertempuran antara kedua negara, yang dia sebut sebagai "tragedi".
"Kami sangat prihatin," katanya dalam wawancara di televisi.
"Kami berharap konflik ini akan segera berakhir."
"Orang-orang sekarat [dan] ada kerugian besar di kedua sisi."
Putin juga melakukan panggilan telepon singkat dengan Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, pada hari Rabu, kata Kremlin.
Rusia adalah bagian dari aliansi militer dengan Armenia dan memiliki pangkalan militer di negara tersebut. Namun, Rusia juga memiliki hubungan dekat dengan pemerintah Azerbaijan.
AS, Prancis, dan Rusia bersama-sama mengutuk pertempuran di Nagorno-Karabakh dan menyerukan pembicaraan damai, tetapi konflik tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda.
- Kota Ganja kena gempur, pertempuran Armenia-Azerbaijan terus berlangsung
- 'Warga sipil jadi korban, kota luluh-lantak, dan ketakutan menyebar' - Wajah Nagorno-Karabakh akibat pertempuran Armenia - Azerbaijan dalam rangkaian foto
Pada Rabu (07/10), Azerbaijan menyebut Menteri Luar Negeri Jeyhun Bayramov akan bertemu dengan mediator internasional di Jenewa pada Kamis (08/10).
Armenia menjawab bahwa "tidak mungkin untuk mengadakan negosiasi dengan satu pihak dan melanjutkan operasi militer dengan pihak lain".
Negara itu juga menegaskan bahwa menteri luar negerinya tidak akan bertemu dengan Bayramov di Jenewa.
Namun Menteri Luar Negeri Armenia Zohrab Mnatsakanyan dijadwalkan berada di Moskow pekan depan.
Kota-kota menjadi kota hantu karena konflik
Analysis oleh Orla Guerin di Tartar, Azerbaijan
Azerbaijan mengatakan pihaknya terus bergerak maju di sekitar wilayah Nagorno-Karabakh yang telah lama disengketakan. Negara itu memiliki lebih banyak kekuatan, dengan persenjataan yang lebih canggih.
Untuk saat ini Azerbaijan tampak berada di atas angin, tetapi daerah dekat garis depan berada dalam jangkauan tembakan pasukan etnis Armenia.
Kota Tartar - yang berbatasan dengan Nagorno-Karabakh - kini menjadi kota hantu.
Sebelum perang, kota itu adalah rumah bagi 100.000 orang tetapi sebagian besar tampaknya telah melarikan diri.
Jalanan utama sepi dan penuh dengan pecahan kaca dan peluru. Bagian depan toko telah hancur lebur dan atapnya robek.
Kami menemukan segelintir keluarga yang berlindung di bawah tanah.
Seorang perempuan lanjut usia - yang putra dan putrinya bertempur dengan pasukan Azerbaijan di garis depan - memberi tahu kami bahwa dia sedang menunggu kabar kemenangan dan tidak akan pernah pergi.
Cucu laki-lakinya yang berusia tujuh bulan meringkuk di pelukannya dan tidak gentar mendengar suara ledakan yang muncul.
"Dia sudah terbiasa," jelasnya.
Apa yang terbaru dari medan perang?
Pertempuran itu telah membuat setengah dari 700.000 penduduk Nagorno-Karabakh mengungsi, kata ombudsman hak asasi manusia di kawasan itu, Artak Beglaryan, kepada kantor berita AFP.
Kota utama di Nagorno-Karabakh, Stepanakert, beberapa hari terakhir dilanda pengeboman. Penduduk berlindung di ruang bawah tanah dan sebagian besar kota dibiarkan tanpa listrik.
Ada serangan baru pada Rabu pagi dan asap terlihat di sekitar Stepanakert, lapor AFP.
Sementara itu, Azerbaijan menuduh pasukan etnis Armenia melakukan penembakan di wilayah perkotaan dan menargetkan bangunan sipil.
Kota terbesar kedua, Ganja, telah digempur dan pejabat Azerbaijan mengatakan ratusan bangunan hancur.
Pada akhir pekan, Komite Internasional Palang Merah mengutuk "laporan penembakan tanpa pandang bulu dan dugaan serangan melanggar hukum lainnya".
Komite juga mengatakan "puluhan" warga sipil telah tewas.
Lebih dari 300 orang tewas sejak bentrokan dimulai pada 27 September.
Tetapi ada kekhawatiran jumlah korban tewas sebenarnya bisa jauh lebih tinggi, karena klaim korban belum diverifikasi secara independen.
Nagorno-Karabakh - sejumlah fakta
- Wilayah pegunungan dengan luas 4.400 km2
- Dihuni penduduk etnis Armenia beragama Kristen dan etnis Turki beragama Islam
- Di era Soviet, itu menjadi wilayah otonomi di dalam Republik Azerbaijan
- Secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, namun mayoritas populasi adalah etnis Armenia
- Otoritas yang memproklamirkan diri tidak diakui oleh negara-negara Uni Eropa, menurut Armenia
- Diperkirakan satu juta orang mengungsi akibat perang selama 1988-1994 dan diperkirakan 30.000 tewas
- Pasukan separatis merebut beberapa wilayah tambahan di Azerbaijan
- Kebuntuan akan nasib wilayah sengketa terjadi sejak gencatan senjata tahun 1994
- Turki secara terbuka mendukung Azerbaijan
- Rusia memiliki basis militer di Armenia