Azerbaijan menuduh militer Armenia membunuh setidaknya 21 orang warga sipil dalam serangan rudal di tengah pertempuran memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh yang kian memanas.
Puluhan orang lainnya dilaporkan terluka dalam serangan di kota Azeri Barda, tidak jauh dari tempat bentrokan yang sedang berlangsung.
Armenia membantah melakukan serangan tersebut, dan menuduh Azerbaijan menargetkan serangan atas sebuah rumah sakit bersalin di daerah tersebut.
- Konflik Armenia-Azerbaijan: Kedua kubu sepakati gencatan senjata yang diperantarai AS
- Nagorno-Karabakh: 'Beberapa menit' setelah gencatan senjata, Armenia dan Azerbaijan saling tuding 'menembakkan artileri dan roket'
- Nagorno-Karabakh: Mengapa rakyat Armenia dan Azerbaijan 'siap berjuang dengan jiwa dan raga' demi mempertahankan wilayah yang disengketakan?
Pertempuran antara pasukan Arzebaijan dan Armenia dalam memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh meletus pada 27 September lalu.
Wilayah pegunungan itu secara resmi merupakan bagian dari Azerbaijan, tetapi mayoritas warganya merupakan etnis Armenia.
Apa yang terjadi dalam pertempuran terbaru?
Juru bicara kepresidenan Azerbaijan, Hikmet Hajiyev, mengatakan pasukan Armenia telah "menggunakan bom curah (cluster munitions) untuk menimbulkan banyak korban di kalangan warga sipil" di Barda, di wilayah tengah Azerbaijan.
Foto-foto yang diunggah di media sosial memperlihatkan sejumlah ruas jalan dan beberapa kendaraan yang rusak.
Terlihat pula apa yang tampak seperti kantong-kantong jenazah yang tergeletak di jalan raya.
Seorang penduduk setempat, Ulviyya Babayeva, mengatakan dia berada di dalam mobilnya ketika dia mendengar tiga ledakan dan memutuskan untuk meninggalkan lokasi yang menjadi target serangan.
"Kami melihat api ... ada bom-bom yang dijatuhkan," katanya kepada BBC.
"Sebuah bom jatuh dan mengenai mobil di dekat gedung bank, pecahan [bom] di mana-mana, [pecahan] kaca [jendela mobil] ... salah satu bom jatuh di luar kantor pemadam kebakaran, ada korban tewas dan luka-luka."
Serangan terbaru terjadi hanya beberapa hari setelah kedua pihak yang bertikai melakukan gencatan senjata yang dimediasi oleh AS.
Sebelumnya, beberapa media Azerbaijan melaporkan bahwa komandan militer Nagorno-Karabakh, Jalal Harutyunyan, tewas dalam operasi khusus pada Selasa (27/10).
Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan bahwa Harutyunyan, yang dituduh melakukan kejahatan perang di wilayah tersebut, telah diidentifikasi oleh tim pengintai.
Dalam kendaraan yang ditumpanginya, dia kemudian menjadi sasaran serangan tembakan pesawat tak berawak, yang menewaskan dirinya.
Bagaimana dengan gencatan senjata?
Gencatan senjata ketiga kalinya sejak Senin lalu difasilitasi oleh Amerika Serikat. Dua gencatan senjata yang sebelumnya dimediasi oleh Rusia mengalami kegagalan.
Dalam cuitannya, tidak lama setelah gencatan senjata itu diumumkan, Presiden AS Donald Trump memberi ucapan selamat kepada Azerbaijan dan Armenia yang disebutnya telah "melakukan negosiasi yang intensif".
Namun hanya dalam beberapa menit setelah diumumkan, Armenia dan Azerbaijan saling melempar tuduhan bahwa lawannya telah melanggar gencatan senjata.
Azerbaijan menuduh pasukan Armenia mulai menembaki kota Terter dan desa-desa di dekatnya. Mereka menilai Armenia "melakukan pelanggaran berat" terhadap kesepakatan itu.
Sebaliknya, Kementerian Pertahanan Armenia menuding pasukan artileri Azerbaijan menembaki posisi militernya di berbagai lokasi garis depan setelah perjanjian gencatan senjata dimulai.
Bentrokan yang dimulai pada September lalu di Nagorno-Karabakh dengan cepat meningkat menjadi konflik berskala besar.
Hal itu ditandai dengan serangan rudal di sejumlah kota yang diduga menggunakan bom curah atau bom tandan yang dilarang.
Beberapa ribu orang tewas akibat pertempuran itu, termasuk dari kalangan sipil di wilayah Azerbaijan dan Armenia. Sementara, puluhan ribu orang telah meninggalkan rumahnya.
Fakta-fakta Nagorno-Karabakh
- Sebuah wilayah pegunungan dengan luas 4.400 kilometer persegi (1.700 mil)
- Secara tradisional dihuni oleh orang Kristen Armenia dan Muslim Turki.
- Saat era Soviet, daerah ini merupakan wilayah otonomi di dalam bagian republik Azerbaijan.
- Dunia internasional mengakui wilayah ini menjadi bagian dari Azerbaijan, tapi mayoritas populasinya adalah etnis Armenia.
- Diperkirakan satu juta orang mengungsi pada perang 1990-an, dan menewaskan 30.000 orang.
- Pasukan separatis mengambil sejumlah wilayah tambahan di sekitar kantong Azerbaijan pada perang 1990-an.
- Kebuntuan telah terjadi sejak gencatan senjata 1994.
- Rusia secara tradisional bersekutu dengan Armenia.