Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Kasus pemerkosaan: Publik India berang setelah bocah Dalit, kasta paling rendah, diperkosa, dibunuh, dan dikremasi secara paksa

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
india BBC
Ratusan demonstran berkumpul di tempat kremasi di Delhi, menuntut agar para tersangka dihukum mati.

Rangkaian demonstrasi massal telah berlangsung selama empat hari guna memprotes kasus dugaan pemerkosaan, pembunuhan, dan kremasi paksa terhadap seorang bocah berusia sembilan tahun di ibu kota India, Delhi.

Orang tua sang anak menuduh seorang pemuka agama Hindu dan tiga orang lainnya menyerang anak tersebut ketika dia sedang mengambil air minum dari dispenser di sebuah krematorium.

Baca Juga:

Ibu sang anak mengatakan gerbang krematorium ditutup dan dirinya diancam ketika menolak kremasi putrinya.

Peringatan: Artikel ini mungkin mengganggu kenyamanan Anda

Menteri Kepala ibu kota Delhi, Aryind Kejriwal mengumumkan akan melakukan penyelidikan atas anak perempuan itu. Kejriwal bertemu dengan keluarga anak itu Rabu (04/08).

Baca Juga:

Sementara pemimpin oposisi nasional India, Rahul Gandhi juga bertemu dengan sanak keluarga anak tersebut dan berjanji akan memperjuangkan keadilan.

Kepolisian India menyatakan kasus ini sebagai kasus pemerkosaan massal serta pembunuhan. Para pria yang diduga terlibat kemudian ditangkap.

Orang tua bocah yang meninggal dunia tersebut adalah bagian kaum Dalit—kasta paling rendah, kelompok masyarakat yang sejak lama diasingkan dan disudutkan di India.

Baca juga:

Mereka mencari nafkah dengan mengemis di luar bangunan ibadah umat Muslim Sufi yang letaknya berseberangan dengan krematorium di kawasan Nangal, Kota Delhi. Bocah yang meninggal itu adalah anak tunggal pasutri tersebut.

Ibu sang anak mengatakan kepada saya bahwa dirinya menyuruh bocah itu mengambil air dari krematorium pada Minggu (01/08) malam.

"Ketika dia tidak kembali lebih dari satu jam, saya mencarinya. Di krematorium, saya menemukan dia terbaring di tanah. Bibirnya biru, ada darah di bawah hidungnya, tangan dan lengannya memar, serta bajunya basah."

Ibu sang anak mengeklaim pemuka agama dan tiga pria di sana menganjurkan agar tidak menghubungi polisi karena "mereka [polisi] akan berkeras melakukan autopsi dan mencuri organ tubuhnya dan menjualnya".

Dia juga menuduh bahwa keempat pria itu menutup pintu gerbang krematorium agar dia tidak pergi sembari mengancam dan bahkan mencoba menyogok.

Pada saat itu, ayah sang anak mengaku tiba di krematorium bersama 150 penduduk. Sebagian besar tubuh putrinya sudah terbakar.

Sejumlah penduduk mengaku menghubungi polisi serta berupaya memadamkan api kremasi dengan air, namun hanya mampu menyelamatkan kaki sang bocah. Artinya, pemeriksaan post mortem untuk memastikan terjadinya pemerkosaan, tidak bisa dilakukan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut seorang perwira kepolisian, berdasarkan informasi dari orang tua si anak, peristiwa ini telah didaftarkan sebagai kasus dugaan pemerkosaan, pembunuhan, dan kremasi paksa.

Insiden ini hampir mirip dengan kasus pemerkosaan massal dan pembunuhan terhadap seorang remaja Dalit oleh empat pria berkasta lebih tinggi di Kota Hathras, Negara Bagian Uttar Pradesh, tahun la

Kasus itu menimbulkan kemarahan khalayak setelah kepolisian mengkremasi jenazah si remaja walau keluarganya menentang.

Baca juga:

Serupa dengan kasus tersebut, ratusan demonstran berkumpul di tempat kremasi di Delhi, menuntut agar para tersangka dihukum mati.

Para pemimpin dari komunitas Dalit pun berpartisipasi dalam rangkaian unjuk rasa selama beberapa hari terakhir. Sejumlah aktivis dan khalayak turut menumpahkan amarah mereka di media sosial.

Beberapa di antara mereka menjulukinya kejahatan kasta—mengingat pemuka agama yang dituduh melakukan kejahatan berasal dari kasta Brahmana yang tergolong kasta tinggi.

Para demonstran juga meminta para perwira polisi setempat diskorsing karena dituduh mengintimidasi keluarga korban.

Gubernur Delhi, Arvind Kejriwal, dan pemimpin senior Partai Kongres pimpinan Rahul Gandhi, mengunjungi rumah keluarga sang anak. Keduanya menawarkan keluarga tersebut untuk mendapat keadilan.

Para demonstran dari Partai Kongres—yang merupakan kubu oposisi di India—membakar boneka Perdana Menteri Narendra Modi. Mereka menuduh Modi tidak mengecam kejahatan itu.

Sejak pemerkosaan beramai-ramai dan pembunuhan seorang perempuan muda di dalam bus di Delhi pada 2012, kasus pemerkosaan dan kejahatan seksual menjadi sorotan di India.

Kasus 2012 tersebut ditanggapi dengan demonstrasi selama berhari-hari dan memaksa parlemen mengubah undang-undang mengenai kejahatan pemerkosaan.

Meski demikian, belum ada tanda-tanda kejahatan terhadap perempuan dewasa dan bocah perempuan menurun.

Berdasarkan data tindak pidana baru-baru ini, satu dari empat korban pemerkosaan di India adalah anak-anak. Pada mayoritas kasus, korban mengenal pelaku kejahatan.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada