Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Covid: Apa itu flurona dan apakah berbahaya?

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Ilustración de un cartel con la palabra "Flurona" Getty Images

Dalam beberapa hari terakhir kita telah menyaksikan peristiwa yang, menurut sejumlah media, sudah diperkirakan sekaligus dikhawatirkan: satu orang terinfeksi dua virus pada saat yang sama, yaitu influenza dan SARS-CoV-2--penyebab Covid-19.

Kita bahkan sudah punya nama untuk infeksi baru ini, flurona. Jangan sampai tertukar dengan senyawa kimia heterosiklik dengan nama yang mirip, fluorona, berkaitan dengan senyawa fluoresens dan beberapa obat.

Baca Juga:

Setelah dua tahun pandemi, kita seolah-olah menunggu ini terjadi dan akhirnya ada konfirmasi dari luar negeri. Tepatnya Israel, meskipun tampaknya itu sudah terjadi bahkan di Spanyol.

Meskipun saat ini flurona menimbulkan kekhawatiran, kenyataannya mungkin tidak seburuk yang diperkirakan.

Baca juga:

Baca Juga:

Sebelum membunyikan alarm peringatan kita harus bertanya pada diri sendiri apakah fakta ini benar-benar penting atau hanya satu fenomena biasa yang sudah terjadi jauh sebelum pandemi dengan frekuensi lebih banyak dari yang kita pikirkan.

Jangan sampai kita jadi heboh karena hal yang sepele.

Virus pernapasan ada di mana-mana

Terdapat lebih dari 200 virus yang menyebabkan penyakit pernapasan pada manusia. Sebagian besar dari jumlah tersebut menimbulkan gejala yang sangat mirip seperti sinusitis, faringitis, laringitis, tracheitis, bronkitis, dll. Intinya, infeksi saluran pernapasan yang menyebabkan peradangan.

Adapun peradangan itu hanya menandakan aktivasi sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi virus, bukan sesuatu yang diakibatkan oleh sifat virus itu sendiri.

Beberapa tahun yang lalu, sekelompok ilmuwan melakukan penelitian pada virus yang hidup bersama manusia dan berlokasi di paru-paru. Mereka menemukan hingga 19 jenis virus.

Virus-virus tersebut diberi nama redondovirus (dari bahasa Spanyol yang berarti "bulat") dan mereka tidak menyebabkan penyakit kecuali sistem kekebalan tubuh kita sedang lemah.

Hubungan antara virus dan penyakit relatif kompleks karena semuanya tergantung pada tingkat keparahan gejala yang mereka timbulkan.

Dalam banyak kasus, gejalanya sangat ringan sehingga kita bahkan tidak menyadarinya karena hubungan antara virus dan sistem kekebalan tubuh tidak menghasilkan respons agresif.

penderita flu Getty Images
Bahaya ko-infeksi dua virus pernapasan agresif seperti SARS-CoV-2 dan influenza ada pada gejalanya.

Dalam kasus lain bahkan virus berguna untuk mencegah penyakit lain misalnya infeksi bakteri, karena sel-sel yang mereka infeksi bukan sel tubuh kita melainkan bakteri dan dengan demikian mengendalikan populasi bakteri yang dapat menyebabkan penyakit.

Seperti kata slogan, "musuh dari musuh saya adalah teman saya."

Hubungan antara mikroorganisme dan sistem kekebalan tubuh sudah terbentuk sejak kita lahir.

Kita menghadapi invasi dari organisme mikroskopis, baik itu bakteri maupun virus, sejak lahir dan kelangsungan hidup kita ditentukan oleh kemampuan tubuh kita untuk menghalau mereka.

Orang yang menderita imunodefisiensi tahu betul bahwa tanpa sistem kekebalan tubuh yang efisien, mereka menjadi sasaran bahkan mikroorganisme yang paling tidak berbahaya sekalipun.

Contohnya, banyak pasien HIV menderita penyakit berulang dan fatal sebelum penemuan obat antiviral.

Virus flu dan virus corona tidak sama

Sejak awal pandemi, sudah ada kecurigaan tentang ko-eksistensi antara gelombang flu dan gelombang virus corona.

Itu bukan karena mereka dua virus yang berbeda, tetapi karena keduanya masing-masing dapat membuat sistem kesehatan kewalahan, seperti yang telah mereka tunjukkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Virus influenza digolongkan ke dalam keluarga besar othomyxovirus. Dalam keluarga ini, ada virus influenza A, B, C, dan D.

Ilustrasi virus influenza H3N2 Getty Images
Ilustrasi virus influenza H3N2, dengan hemagglutinin (oranye) dan neuraminidase (hijau).

A dan B adalah epidemi musiman yang mengunjungi kita dari tahun ke tahun (kecuali tahun lalu karena kebijakan isolasi/lockdown).

Secara spesifik, influenza A adalah galur yang menyebabkan pandemi sedangkan B tidak menyebar begitu luas, C menimbulkan penyakit dengan gejala ringan dan tidak menyebabkan pandemi, dan D hanya menginfeksi hewan ternak.

Virus flu memiliki dua protein dalam membran mereka yang kita gunakan untuk menentukan identitas mereka.

Protein-protein itu adalah hemagglutinin (H), yang membantu virus menginfeksi sel dengan berikatan dengan reseptor asam sialat di permukaan sel, dan neuraminidase (N) yang memisahkan virion (partikel virus) baru dari reseptor tersebut untuk menginfeksi sel lain.

Sebanyak 18 jenis hemagglutinin dan 11 jenis neuraminidase telah dikarakterisasi pada manusia, dan kombinasi mereka menentukan jenis virus yang melanda kita dari tahun ke tahun.

Beberapa kombinasi sudah terbukti sangat berbahaya, seperti H5N1 (flu burung), namun belum menunjukkan kemampuan untuk menyebar dengan mudah di antara manusia, untuk saat ini.

Sedangkan, virus corona menggunakan mekanisme lain. Protein spike (S) berikatan dengan protein ACE2 pada sel-sel di saluran pernapasan.

Ilustrasi protein spike (S) virus SARS-CoV-2 berikatan dengan reseptor ACE2. Getty Images
Ilustrasi protein spike (S) virus SARS-CoV-2 berikatan dengan reseptor ACE2.

Akankah mereka bergabung dan membentuk virus hibrid?

Perbedaan besar lainnya antara virus flu dan virus corona adalah genom mereka. Virus influenza memiliki genom yang terdiri dari delapan bagian RNA negatif, sementara genom virus corona terdiri dari satu untai RNA positif.

Ini berarti mekanisme replikasi genom kedua virus itu sangat berbeda.

Selain itu, dalam kesempatan langka di mana kedua virus itu menginfeksi sel yang sama, mustahil bila genom mereka bergabung dan melahirkan virus hidup dengan karakteristik hibrid.

Kemungkinan itu, bila memang ada, akan sangat, sangat kecil dan akan mengejutkan para ilmuwan biologi molekuler.

Risiko sebenarnya adalah gejala yang ditimbulkan

Bahaya ko-infeksi dua virus pernapasan yang agresif seperti SARS-CoV-2 dan virus flu akan ditemukan pada respons terhadap infeksi, yaitu pada gejalanya.

Flu musiman dapat mengakibatkan ribuan kematian setiap tahun bahkan pada orang yang sudah divaksinasi, karena sistem pertahanan tubuh mereka tidak dapat menghentikan infeksi.

Karena itu, jika kedua virus menginfeksi orang dengan gangguan kekebalan tubuh secara bersamaan, 'serangan gabungan' mereka akan mengakibatkan gejala-gejala umum seperti pneumonia, badai sitokin, dan kerusakan organ yang juga terjadi pada kasus-kasus influenza, respiratory syncytial virus (RSV), pneumokokus, dan patogen pernapasan lainnya.

Vaksinasi Getty Images
Pertahanan terbaik dari flu dan Covid adalah memperkuat pertahanan tubuh dengan vaksinasi.

Terlepas dari masalah ini, yang sudah mengkhawatirkan, spekulasi lainnya tentang penyakit yang baru-baru ini disebut "flurona" - nama yang sangat tidak elok - seyogianya dianggap sebagai sekadar spekulasi tanpa dasar ilmiah yang kuat.

Dalam situasi apapun, seharusnya sudah jelas bahwa supaya kita terhindar dari infeksi influenza dan SARS-CoV-2, strategi terbaik ialah memperkuat sistem imun kita dengan vaksinasi.

*Artikel ini pertama kali diterbitkan di The Conversation. baca versi aslinya di sini.

Guillermo López Lluch adalah kepala divisi Biologi Sel, peneliti madya di Pusat Biologi Perkembangan Andalusia, serta peneliti metabolisme, penuaan, antioksidan, dan sistem imun di Universitas Pablo de Olavide, Sevilla.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada