Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Digital

Abaikan Akurasi, Bisnis Media Siber Bisa Gulung Tikar

Media online harus kreatif berbenah untuk memperbaiki kualitas konten.

11 September 2015 | 19.48 WIB

Ketua komisi pengaduan masyarakat dan penegakan etika Dewan Pers, Agus Sudibyo, Juru Bicara Gerakan UI Bersih Ade Armando (kanan) dan Wartawan Rakyat Merdeka Online Zulhidayat Siregar (kiri), memberikan keterangan kepada wartawan terkait pengaduan gerakan
Perbesar
Ketua komisi pengaduan masyarakat dan penegakan etika Dewan Pers, Agus Sudibyo, Juru Bicara Gerakan UI Bersih Ade Armando (kanan) dan Wartawan Rakyat Merdeka Online Zulhidayat Siregar (kiri), memberikan keterangan kepada wartawan terkait pengaduan gerakan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO , Yogyakarta - Forum diskusi dalam peluncuran digi-journalism, situs pemuat kajian jurnalisme digital garapan Program Studi Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM), memunculkan wacana menarik tentang masa depan media-media online di Indonesia.

Dalam forum ini, anggota Dewan Pers, Imam Wahyudi, mengingatkan bahwa media-media online di Indonesia bisa semakin ditinggalkan pembaca apabila tetap mengikuti logika kecepatan dan pengabaian pada akurasi yang menabrak etika jurnalistik.

Imam berpendapat salah satu kunci peningkatan daya tarik media online ialah terus berfokus memperbaiki kualitas konten yang berkosentrasi di beragam tema khusus. "Media-media online di Indonesia harus kreatif berbenah," katanya dalam diskusi bertajuk "Jurnalisme Digital: Truth In The Making" di University Club UGM pada Kamis, 10 September 2015.

Alasan Imam itu masuk akal karena saat ini korporasi Internet raksasa Google sedang membangun sistem newsroom yang mengoleksi beragam informasi dari seluruh belahan dunia. Informasi yang kaya di Internet, baik tulisan blogger, situs berita, media sosial, maupun situs lain dari seluruh dunia, akan dikurasi dan diseleksi oleh banyak redaktur pegawai Google untuk disajikan sebagai berita terverifikasi.

"Kalau ada newsroom raksasa yang mengumpulkan informasi hingga dari daerah pelosok banyak negara, tren kecepatan tanpa akurasi di media-media online Indonesia bisa tamat tiga tahun lagi," ujarnya.

Apalagi, menurut Imam, selama ini kue pendapatan iklan media di Indonesia baru sekitar 10 persen yang dinikmati pengelola situs berita digital. Separuh dari pendapatan iklan media online itu juga masih terserap ke perusahaan jasa iklan online kelas dunia semacam Google dan lainnya. "Ke depan, kalau tidak berinovasi, pendapatan pengelola bisnis media online akan semakin kecil," katanya.

ADDI MAWAHIBUN IDHOM

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Martha Warta Silaban

Martha Warta Silaban

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus