Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Bahaya Minuman Soda

Minuman bersoda meningkatkan risiko menderita diabetes.

21 November 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat sedang panas, apalagi sehabis berolahraga, Dian langsung mencari minuman yang segar-segar. Biasanya kalau tak minuman manis-dingin, seperti teh kemasan, pilihannya adalah soda. "Kalau lagi panas-panas, enak banget minum soda," katanya, Ahad lalu.

Soda memang menyegarkan. Namun hati-hati, minuman bersoda bisa mengancam kesehatan jika dikonsumsi berlebihan. Penelitian yang dipublikasikan dalam European Journal of Endocrinology menyebutkan mengkonsumsi dua kaleng minuman bersoda setiap hari bisa meningkatkan risiko menderita diabetes.

Para peneliti dari Karolinska Institutet, Swedia, ini melakukan studi terhadap 2.800 orang dewasa. Mereka menemukan bahwa mengkonsumsi setidaknya dua porsi minuman ringan meningkatkan risiko 2,4 kali lebih besar menderita diabetes tipe 2. Ini untuk minuman berukuran 200 mililiter. Sedangkan di pasar, banyak minuman soda yang dijual dalam kaleng berukuran 330 mililiter. Itu artinya, meminum satu setengah kaleng per hari saja sudah meningkatkan risiko.

Peningkatan risiko tersebut terlepas dari bahan pemanis yang digunakan, baik alami maupun buatan. Para peneliti mengatakan pemanis buatan dalam minuman dapat merangsang dan mendistorsi nafsu makan. Pemanis itu juga kemungkinan bisa mempengaruhi kehidupan mikroba yang ada di dalam usus sehingga menyebabkan intoleransi terhadap glukosa.

Menurut Josefin Lfvenborg, peneliti utama dalam studi tersebut, minuman ringan mempengaruhi metabolisme glukosa dan sensitivitas insulin, yang mengarah ke peningkatan risiko diabetes tipe 2. "Kami terkejut oleh peningkatan risiko dalam mengembangkan diabetes," katanya seperti dikutip dari The Guardian, akhir Oktober lalu.

Penelitian serupa yang dipublikasikan di Journal of Nutrition pada 9 November lalu juga menyebutkan orang yang minum sekaleng minuman berpemanis meningkatkan 46 persen risiko mengalami pradiabetes-kondisi permulaan yang mendahului diabetes tipe 2.

Dokter spesialis penyakit dalam Olivia Cicilia Walewangko mengatakan hasil penelitian tersebut bisa jadi berbeda jika dilakukan di Asia, khususnya Indonesia. Musababnya, respons tubuh ras Kaukasia-Swedia termasuk ras Kaukasia-berbeda dengan ras Asia. "Berdasarkan penelitian, ras Asia dan Asia Selatan lebih gampang menderita diabetes dibanding mereka yang berasal dari ras Kaukasia," katanya.

Ada dua hal yang menyebabkan diabetes tipe 2, yakni kekurangan produksi insulin dan resistensi insulin. Secara normal, tubuh akan mengubah makanan yang dikonsumsi menjadi glukosa, yang kemudian diproses menjadi energi. Perubahan ini membutuhkan insulin yang diproduksi sel beta pankreas.

Jika hormon insulin tidak ada, glukosa tak dapat masuk ke sel dan tetap berada di dalam pembuluh darah. Dendang begitu, kadar glukosa di dalam darah meningkat. Atau insulin sebenarnya mencukupi tapi tak peka terhadap keberadaan glukosa. "Insulin sebenarnya mencukupi tapi tak sensitif," tutur Olivia.

Orang Kaukasia, kata dia, memiliki resistensi yang lebih bagus ketimbang orang Asia. Semisal, jika produksi insulin normalnya 20 dan turun menjadi 10, pada orang Kaukasia, itu belum menyebabkan diabetes. Tapi buat orang Asia, turun kadarnya sedikit saja bisa menyebabkan penyakit tersebut menyerang. "Jadi orang Asia bisa lebih bermasalah pada resistensi insulin," ucapnya.

Maka, bisa jadi, dalam penelitian minuman bersoda ukurannya adalah dua kali 200 mililiter per hari, buat orang Asia, lebih kecil. "Bisa jadi dua kali 150 mililiter sudah kena," katanya.

Dokter spesialis gizi Fiastuti Witjaksono mengatakan soda memiliki kandungan energi yang sangat tinggi. Dalam sekaleng soda berukuran 375 mililiter, setidaknya ada lima sendok gula. "Makanya, kalau orang yang perutnya kosong, minum soda, rasanya langsung berenergi," katanya.

Orang dewasa, kata dia, hanya membutuhkan empat sendok makan gula per hari. Karena itu, minum satu kaleng soda saja sebenarnya sudah melebihi kebutuhan gula. Belum lagi jika mengkonsumsi makanan atau minuman lain yang manis-manis. Semisal teh manis dan jajanan atau kue yang manis-manis. "Rekomendasi Kementerian Kesehatan itu per hari konsumsi empat sendok makan gula dan satu sendok makan garam. Itu termasuk semua asupan," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus