Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok hacker yang menamakan diri RansomEXX dikabarkan telah meretas situs perusahaan negara minyak dan gas bumi, PT Pertamina. Kabar lalu tersiar di media sosial twitter dan dikaitkan dengan konflik lahan yang sedang terjadi di Pancoran, Jakarta Selatan, antara warga dengan PT Pertamina Training and Consulting.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Geng RansomEXX mengklaim telah meretas perusahaan minyak dan gas alam milik negara Indonesia. Dan membocorkan data internal ke dark web,” cuit akun @darktracer_int, Selasa 23 Maret 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita sebelumnya:
Hacker Dikabarkan Bobol dan Bocorkan Data Internal Pertamina
Hingga artikel ini dibuat, PT Pertamina belum juga memberikan klarifikasi perihal kabar tersebut maupun dampak apabila serangan itu benar terjadi. Yang datang justru keterangan dari seorang pengusaha mengaku mitra Pertamina di bidang BBM & gas retail yang tidak ingin disebutkan namanya.
Dia menduga, peretasan itu berada di balik kekacauan pemesanan barang atau delivery order berupa BBM & gas yang sempat dialaminya selama 1,5 minggu sejak 6 Maret lalu. Penjelasan yang diterimanya dari Pertamina kala itu adalah masalah pemeliharaan (maintenance). Tapi dia menolak menelannya mentah-mentah.
Menurut pengusaha yang berbasis di Pulau Jawa itu, masalah maintenance biasanya terisolir di satu depot BBM atau SPBE saja. Sedang yang terjadi saat itu disebutnya meluas. Dan, "Kok (masalah) maintenance sampai lebih dari seminggu?” katanya mempertanyakan.
Dia menerangkan, kekacauan berupa sistem Pertamina yang tidak bisa melacak pembayaran atas pemesanan yang dilakukan. Setiap mitra di semua bidang bisnis, kata dia, akhirnya harus menggunakan sistem manual. “Menurut saya, itu sudah menjadi indikator bahwa kejadian ini lumayan tersebar. Karena sistem itu terpusat dan bukan terisolir di satu tempat.”
Dia juga mengaku memantau cuitan kabar peretasan yang diungkit oleh akun Twitter ‘digembok’. Timeline-nya, menurut dia, sangat pas. Cuitan-cuitan itu menyebut peretasan dimulai dari sekitar 6 Maret, tepatnya pada Sabtu malam. Dia ingat, pada malam itu laporan datang dari staff bahwa sistem Pertamina—seperti SIMELON—tidak dapat diakses.
“Menurut saya itu tidak hanya kebetulan,” ujar dia yang mengaku mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah per hari selama kekacauan sistem terjadi. Dia menyatakan lebih kecewa lagi karena Pertamina tak memberi klarifikasi atas kabar peretasan dan bocornya data internal yang memuat ribuan pelanggan.
"Jika memang ada kebocoran tentu sangatlah mengecewakan dan memprihatinkan jika hanya ditutup-tutupi," katanya sambil menambahkan, "Dari segi cyber security, ini fatal.”
Ilustrasi Bahan Bakar Gas dan Pertamina. Getty Images
Sebelumnya, Cyber Security Researcher and Consultant Teguh Aprianto, mengamati data PT Pertamina yang bocor bersumber dari report private milik perusahaan. “Ada dokumen internal dan 91 ribu data customer @pertamina,” cuit pemilik akun Twitter @secgron itu, Kamis, 25 Maret 2021.
Berulang kali dihubungi sejak Kamis malam lalu, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman akhirnya menanggapi chat dan panggilan telepon dari Tempo.co. Namun dia tidak memberi penjelasan atau klarifikasi apapun perihal kabar ulah hacker dan dampaknya bagi para mitra Pertamina.
“Mohon maaf, pertanyaan agar dapat ditujukan ke Pak Agus (Agus Suprijanto) selaku Juru Bicara Pertamina,” katanya melalui pesan WhatsApp, Sabtu dinihari, 27 Maret 2021. Agus adalah Senior Vice President Corporate Communication & Investor Relation Pertamina. Sejak Jumat, 26 Maret 2021, telepon selulernya juga membisu.