Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Instagram telah memperluas sebaran pengguna yang bisa menikmati fitur barunya, Reels. Per Rabu 5 Agustus 2020, fitur yang dibuat mirip aplikasi kondang TikTok itu telah dirilis di 50 negara di dunia. Sayangnya belum termasuk di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo.co belum mendapati fungsi fitur baru itu di Instagram yang digunakan saat membuat artikel ini. Pun dengan sejumlah pengguna yang lain di Indonesia. Meski belum bisa mencobanya secara langsung, para pengguna yang ditanyai Tempo.co itu sudah memiliki penilaiannya masing-masing tentang Instagram Reels tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak semua rupanya menyambut dengan antusias. Pemilik akun @popaxan_, misalnya. Dia termasuk yang mengkritik Facebook--pemilik Instagram--karena telah meniru platform media sosial lain.
"Instagram Stories mirip snapchat, IGTV mirip Youtube, dan kini Reels mirip TikTok," kata dia, Kamis 6 Agustus 2020. Dia menambahkan harapannya Facebook bisa menghasilkan fitur yang lebih orisinil dan inovatif.
Pemilik akun @ariodimas juga senada dengan @popaxan_. Ia berkomentar bahwa Instagram sudah membunuh Vine, Snapchat, Periscope. “Instagram ini punya kemewahan buat ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) serta bisa membunuh pemain sebelumnya dengan userbase yang gede dan loyal,” katanya.
Pemilik akun @safanta92 berbeda. Dia berpendapat bahwa kecurigaan netizen TikTok terhadap penggunaan data pribadi pengguna menjadi celah utama untuk fitur Reels bisa masuk. Keamanan data pribadi, ia menegaskan, prioritas utama pengguna aktif media sosial.
"Tidak heran karena TikTok adalah media sosial yang dipegang oleh perusahaan Cina. Di India saja sudah dicanangkan untuk blokir TikTok,” katanya.
Ada pula komentar dari akun @eldidito. Yang satu ini berbeda antara yang pro dan kontra Reels serobot pasar pengguna aplikasi video pendek TikTok. Dia justru mengungkap kekhawatiran fitur Reels akan menyebabkan kesenjangan di antara pengguna medsos.
“'TikTok untuk anak alay, Reels untuk anak gaul' atau 'Cakep-cakep kok TikTok-an',” kata dia.
FERDINAND ANDRE | ZW