Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Xiaomi dan beberapa perusahaan teknologi asal Cina, mulai khawatir soal produksi pabrik smartphonenya di India. India dinilai terlalu ketat dalam mengawasi dan tidak terjalinnya kepercayaan antara kedua belah pihak dalam soal pengiriman komponen bahan baku smartphone.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dikutip dari Reuters, Xiaomi sudah memiliki pangsa pasar smartphone di India sebesar 18 persen. Perusahaan teknologi asal Cina ini meminta pemerintah India untuk mempertimbangkan memberi insentif manufaktur dan menurunkan tarif impor untuk komponen tertentu.https://www.tempo.co/tag/india
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Xiaomi telah memasukan surat ke Pemerintah India pada 6 Februari 2024 lalu perihal keluh kesahnya. Pemerintah India meminta untuk pengembangan sektor manufaktur komponen dilakukan di India, namun Xiaomi mengklaim ada alat tertentu yang tidak bisa dibawa langsung ke India.
Sebelumnya Xiaomi mengatasi kondisi ketersediaan komponen tertentu itu dengan mengirimkannya langsung dari Cina ke India. Kendati demikian, kebijakan pemerintah di India membuat Xiaomi kesulitan dalam hal pengiriman barang, terutama perihal visa dan perizinan.
Faktor lain yang mempersulitnya adalah adanya konflik di wilayah perbatasan dua negara. Konflik pada 2020 ini menewaskan 20 tentara India serta empat tentara Cina.
Reuters dalam laporannya menulis, surat Xiaomi itu menunjukkan bahwa mereka terus mengalami kesulitan di India, terutama di bidang smartphone, di mana banyak komponen penting berasal dari pemasok di Cina.
Presiden Xiaomi India, Muralikrishnan B. menyampaikan bahwa India perlu melakukan evaluasi internal dalam perkara bisnis dan kemajuan teknologi. Salah satu upaya yang diampaikan Muralikrishnan adalah membangun kepercayaan untuk mendorong pemasok komponen menyiapkan operasi secara lokal.
Pada 2022 pemerintah India pernah menuduh smartphone asal Cina, Vivo Communication Technology melanggar aturan visa, tuduhan itu juga menerangkan kalau Vivo menyedot dana sebesar US$13 miliar dari India.
Selain itu, pemerintah India juga pernah membekukan lebih dari US$ 600 juta aset Xiaomi karena dituduh melakukan pengiriman uang ilegal ke entitas asing, dengan dalih menjadikannya pembayaran royalti. Xiaomi membantah tuduhan ini.
Birokrat Kebijakan Industri Pemerintah India, Rajesh Kumar Singh sudah memberi isyarat bahwa India bakal mengurangi pengawasan ketat terhadap investasi perusahaan Cina bila konflik perbatasan dua negara ini berakhir damai.