Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Waspada Parasit Malaria Resisten Obat di Asia Tenggara

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Waspada Parasit Malaria Resisten Obat di Asia Tenggara
Iklan

Berdasarkan penelitian diketahui saat ini terdapat parasit malaria yang resisten terhadap obat tengah menyebar di kawasan Asia Tenggara. Parasit malaria yang resistan atau kebal terhadap dua obat anti-malaria kini ditemukan di Laos, Vietnam, dan Thailand, setelah menyebar dengan cepat dari Kamboja.

Para peneliti dari Wellcome Sanger Institute, Oxford University, dan Mahidol University, berdasarkan pengamatan genomik menemukan parasit malaria jenis KEL1/PLA1 yang sudah berevolusi dan mengalami mutasi genetik sehingga membuatnya makin resisten terhadap obat-obatan.

Baca Juga:

Penanganan pertama malaria di kawasan Asia pada umumnya dilakukan dengan memberikan kombinasi obat dihydroartemisinin dan piperaquine, atau yang biasa dikenal dengan istilah DHA-PPQ.

Menanggapi ini, kepada DW Indonesia, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Anung Sugihantono. M.Kes, menyampaikan saat ini di Indonesia masih belum ditemukan adanya parasit malaria yang resisten obat. Namun pihaknya akan terus mencari informasi guna menyiapkan langkah-langkah mencegah masuknya parasit malaria tersebut.

Di Indonesia sendiri, angka penderita malaria cenderung menurun setiap tahunnya. Namun beberapa wilayah di Indonesia masih kerap ditemui yang menderita malaria seperti di Indonesia bagian timur, salah satunya Papua.

Baca Juga:

Dilansir dari Reuters, salah satu tim peneliti, Roberto Amato, mengatakan parasit tersebut menyebar dengan cepat. “Kami mendapati (parasit) sudah menyebar secara agresif, menggantikan parasit-parasit malaria lokal, dan menjadi tipe dominan di Vietnam, Laos dan di bagian timur laut Thailand,” jelas Roberto.

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium,yang dibawa oleh nyamuk dan menyebar melalui gigitan. Gejala malaria timbul setidaknya 10-15 hari setelah digigit nyamuk. Munculnya gejala melalui tiga tahap selama 6-12 jam, yaitu menggigil, demam dan sakit kepala, lalu mengeluarkan banyak keringat dan lemas sebelum suhu tubuh kembali normal. Tahapan gejala malaria dapat timbul mengikuti siklus tertentu, yaitu tiga hari sekali atau empat hari sekali.

Malaria juga dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius antara lain, anemia berat, hipoglikemia, kerusakan otak, dan gagal fungsi organ.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berdasarkan data dari WHO, sebanyak 220 juta orang terinfeksi malaria di tahun 2017, dan 400.000 di antaranya meninggal dunia. Sebagian besar dari mereka adalah bayi dan anak-anak yang hidup di kawasan Sahara, Afrika.

Bila seseorang berencana bepergian atau tinggal di area yang ditemui banyak kasus malaria, langkah pencegahan bisa dilakukan dengan cara menghindari gigitan nyamuk dengan memasang kelambu pada tempat tidur, menggunakan pakaian lengan panjang dan celana panjang, serta menggunakan krim anti-nyamuk.

Malaria bisa sembuh total dengan pengobatan jika didiagnosis dini. Namun, kebalnya parasit malaria terhadap obat-obatan anti-malaria makin marak ditemukan di dunia, terutama di Asia Tenggara. Dalam jurnal Lancet Infectious Diseases, disebutkan awal mula parasit malaria kebal obat tersebut mucul dan menyebar dari Kamboja di antara tahun 2007 hingga 2013.

Olivio Miotto, peneliti dari Oxford University menegaskan bahwa diperlukan adanya pemahaman penggunaan obat yang efektif bekerja untuk melawan parasit malaria tersebut.

“Obat lain mungkin efektif saat ini, tapi situasinya sangat rentan,” ujar Olivio.

rap/vlz (dari berbagai sumber)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada