Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Arteria Dahlan: Kebenaran akan Menemukan Jalannya Sendiri

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Arteria Dahlan: Kebenaran akan Menemukan Jalannya Sendiri
Iklan

Nama politisi dari PDIP, Arteria Dahlan tengah viral di jagat sosial media Twitter. Buntut dari sikapnya saat adu arguemen dengan ekonom senior Profesor Emil Salim di sebuah acara televisi swasta nasional, perihal Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) KPK.

Ketegangan mulai terjadi saat topik pembicaraan masuk ke dalam fungsi dan wewenang KPK serta soal RUU KPK. Arteria pun bicara soal alasan pembentukan dewan pengawas hingga sejumlah kasus korupsi yang menurut dia tak diangkat KPK, misalnya dana bencana, kasus KONI, hingga kasus pasar sawit.

Baca Juga:

Emil lantas mengatakan ada kewajiban dalam UU KPK untuk menyampaikan laporan. "Di dalam aturan Undang-Undang KPK ada kewajiban menyampaikan laporan,” ujar Emil.

Namun Arteria langsung menepis hal tersebut. "Mana Prof? Saya di DPR, Prof tidak boleh begitu Prof, saya yang di DPR saya yang tahu, mana Prof? Prof sesat, ini namanya sesat,” tegas Arteria seraya menunjuk-nunjuk ekonom senior tersebut dalam posisi setengah berdiri.

Kemudian Arteria dan Emil pun terlihat terus berdebat hingga arah pembicaraan melebar ke soal demokrasi, pemilihan, hingga korupsi.

Baca Juga:

Baca juga: ICW: RUU KPK Upaya Pelumpuhan KPK, Presiden Jokowi Sebaiknya Menolak Tegas

Memperjuangkan ideologi

Kepada DW Indonesia, Arteria Dahlan, yang pada periode lalu menduduki kursi Komisi III DPR dari Fraksi PDIP dapil Jawa Timur VI, mengatakan Emil Salim tidak memahami dengan benar muatan yang ada di Revisi UU KPK.

"Tidak emosi. Saya hanya sayangkan seorang tokoh senior yg saya hormati, dimanfaatkan untuk mengutarakan hal-hal yg sebenarnya di luar kapasitas beliau,” terang Arteria.

"Bagi saya ini masalah perjuangan ideologi, saya datang untuk melakukan dialektika kebangsaan bukan untuk debat kusir dan penggiringan opini. Dari sejak awal saya melihat ini sudah tidak sehat,” tambahnya.

Arteria pun meminta Emil untuk menarik ucapannya dan membaca baik-baik materi RUU KPK. "Beliau kan ekonom tapi bicara seolah-olah ahli hukum. Jangan bicara revisi UU KPK karena DPR banyak yang ditangkap. Saya juga menanyakan, sadar ga beliau bahwa beliau dibesarkan oleh Orba yang penuh dengan perilaku koruptif. Apa yg beliau perbuat? Jangan tiba-tiba tersadarkan saat ini dan merasa diri lebih hebat lebih bersih dari kami-kami yang di DPR,” jelas Arteria saat dihubungi DW Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Akibatnya, Arteria pun menjadi bahan cibiran warganet di linimas media sosial Twitter. "Sekarang yang dibahas bukan Perppu lagi tapi sikap saya yang kurang sopan. Lah, kita ini belajar jujur dan menyatakan yang benar saja tidak berani. Gapapa, dinikmati saja. Kebenaran akan menemukan jalannya sendiri. Tidak ditentukan dengan opini publik,” pungkas politikus yang juga berprofesi sebagai pengacara ini.

Baca juga: Jokowi Tak Perlu Takut dengan Ancaman Parpol soal Perppu KPK

Warganet geram

Sontak pada hari ini, Kamis (10/10) nama Arteria Dahlan menjadi trending topic di Twitter. Warganet geram dan mengkritik Arteria sebagai sosok yang tidak sopan dan tidak memiliki etika. Dari sastrawan Goenawan Mohamad hingga budayawan Sudjiwo Tedjo pun ikut mengkritik sikap Arteria Dahlan.

DW Indonesia pun mencoba meminta klarifikasi Profesor Emil Salim terkait hal ini, namun hingga berita ini diturunkan mantan Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup era Presiden Soeharto ini belum memberikan pernyataan resminya.

Sementara itu Direktur Pusat Studi Konstitusi (Pusako) Universitas Andalas, Feri Amsari, yang juga hadir di acara yang sama mengaku heran dengan sikap Arteria yang menyerang Emil.

"Tapi menurut saya begini ya, Pak Emil karena beliau tentu saja sudah maestro sangat senior, dia tidak menanggapi dan merespons terlalu jauh serangan-serangan dari Pak Arteria," ujar Feri dilansir dari Detiknews.

"Mungkin beliau paham ini anak muda, baru di dunia politik sehingga kemudian merespons dengan membabi buta seperti itu, tapi saya pikir sebagian besar yang ada dan menonton itu saya pikir Pak Arteria agak kelewatan malam ini ya, dan bagi saya biarkan saja publik menilai sikap-sikap dia yang di luar batas itu," lanjut Feri.

rap/ts (dari berbagai sumber)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada