Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Aktivis LGBT+ Mesir yang Pernah Ditangkap Karena Kibarkan Bendera Pelangi, Bunuh Diri

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Aktivis LGBT+ Mesir yang Pernah Ditangkap Karena Kibarkan Bendera Pelangi, Bunuh Diri
Iklan

Ketika vokalis gay dari kelompok pop Lebanon yang sangat populer naik ke panggung festival pada musim panas tahun 2017 di Kairo, bendera pelangi terangkat di udara. Sebagai seorang lesbian di negara di mana homoseksualitas dianggap tabu, dan kaum LGBT+ secara rutin dianiaya oleh pihak berwenang, Sarah Hegazy di sini melihat secercah kebebasan. Berseri-seri dengan sukacita, dia pun mengangkat kedua tangan ke atas dan mengangkat bendera pelanginya. Seorang teman mengabadikan momen itu dengan kamera. Demikian dikutip dari New York Times.

Badai kemarahan publik atas bendera pelangi tersebut meletus di media sosial, diikuti penggerebekan yang dilakukan oleh polisi. Otoritas Mesir menangkap lebih dari 70 orang setelah konser, termasuk Hegazy. Banyak yang menganggap peristiwa itu sebagai aksi penumpasan terbesar pada komunitas LGBT + Mesir. Hegazi adalah satu-satunya perempuan- atau setidaknya satu dari sedikit perempuan- yang ditangkap setelah konser, demikian menurut laporan pers.

Baca Juga:

Sarah Hegazy menulis dalam sebuah catatan bahwa ia telah "berusaha menemukan penebusan dan gagal" setelah menderita gangguan stres pascatrauma selama bertahun-tahun sebagai akibat penahanan di penjara. Dia ditemukan bunuh diri pada hari Minggu (15/6) lalu. Kematiannya mengejutkane seluruh komunitas LGBT+, tidak hanya di Mesir dan Timur Tengah melainkan juga di seluruh dunia.

"Bagi mereka yang menuntut eksistensi yang jujur [di Mesir], pilihannya adalah penjara, pengasingan atau kematian," tulis peneliti Mesir Timothy Kaldas dalam sebuah tweet. "Sarah mengalami ketiganya karena dia mencintai kejujuran di tempat yang membencinya karena itu."

“Saya mendeklarasikan diri saya dalam masyarakat yang membenci semua yang berbeda dari norma," kata Hegazy dalam sebuah wawancara dengan DW dulu, setelah dia dibebaskan dari penahanan selama tiga bulan di penjara.

Kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat

Baca Juga:

Meskipun tidak secara eksplisit melarang homoseksualitas, pihak berwenang di Mesir sering menggunakan tuduhan "pesta pora berlebihan di publik" untuk menuntut mereka yang tidak mematuhi norma sosial orientasi seksual dan gender.

Pasukan keamanan Mesir secara teratur dituduh menggunakan uji anal paksa, alat yang digunakan untuk menentukan perilaku homoseksual,yang berarti "suatu bentuk perlakuan kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat yang dalam beberapa kasus sama dengan penyiksaan," kata organisasi hak asasi Human Rights Watch.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hegazy berbicara terbuka tentang trauma yang dia alami selama di penjara Mesir, di mana dia diserang secara seksual oleh tahanan lain dan disiksa oleh petugas penjara karena orientasi seksualnya. Dia secara teratur membahas efeknya terhadap kesehatan mentalnya lewat posting di media sosial.

Tanpa pengakuan

Meskipun ada tekanan internasional, otoritas Mesir menolak rekomendasi untuk mengakhiri penggunaan langkah-langkah penegakan hukum yang menargetkan orang-orang LGBT+.

"Pemerintah Mesir menolak untuk mengakui keberadaan orang-orang lesbian, gay, biseksual dan transgender, mengabaikan tanggung jawabnya untuk melindungi hak-hak semua orang," kata Rasha Younes dari Human Rights Watch pada bulan Maret.

Hegazy meninggal di kota Toronto, Kanada, tempat ia tinggal di pengasingan dari Mesir. "Kepada dunia: kau sangat kejam, tapi saya memaafkan," tulis Hegazy sebelum kematiannya.

ap/hp(DW/New York Times)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada