Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Sentimen Nasionalisme Bumbui Konflik Cina-India di Perbatasan

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Sentimen Nasionalisme Bumbui Konflik Cina-India di Perbatasan
Iklan

Insiden berdarah di lembah Galwan menempatkan pemerintah India dalam posisi tak sedap. Setelah menyatakan bakal membantu meredakan ketegangan di perbatasan, Perdana Menteri Narendra Modi kini didesak partai oposisi untuk mengambil langkah tegas.

Langgam nasionalisme kini semakin lantang disuarakan terhadap pemerintah di New Delhi. Perdana Menteri Negara Bagian Punjab, Amarinder Singh, menuntut India menunjukkan reaksi yang lebih tegas terhadap "provokasi Cina".

Baca Juga:

Menurutnya serdadu India selayaknya “diajarkan agar mengetahui jika mereka membunuh salah seorang di antara kita, kita harus membunuh tiga orang dari mereka,” katanya seperti dilansir Indian Express.

Desakan senada juga dilayangkan bekas Presiden Kongres Nasional India, Rahul Gandhi. Dia meyakini insiden di lembah Galwan “sudah direncanakan” oleh Cina dan pemerintah India “tertidur” dan “menyangkal” masalah di perbatasan, tulisnya via Twitter.

Sebanyak 20 serdadu India tewas dalam baku hantam antara kedua pasukan, tanpa ada satupun peluru yang meletus. Berdasarkan foto yang beredar, tentara Cina antara lain menggunakan tongkat yang dipasangi paku ketika bentrok dengan serdadu India.

Baca Juga:

Pasca insiden, para serdadu yang tewas dimakamkan dengan prosesi militer dan dielu-elukan sebagai "martir" oleh sejumlah politisi dan pejabat pemerintah.

Ketegangan teranyar diyakini antara lain dipicu oleh derasnya proyek pembangunan infrastruktur perbatasan oleh India.

Cina: Tanggungjawab pada India

Cina sejauh ini membisu ihwal jumlah korban di pihaknya. Militer India sebelumnya mengklaim korban jatuh di kedua belah pihak, dan bahwa Cina menyandera sejumlah serdadunya.

Klaim tersebut dibantah Kementerian Luar Negeri di Beijing “Cina tidak menahan personal militer India,” kata Jurubicara Kemenlu, Zhao Lijian, mengomentari laporan media-media India yang mengutip seorang sumber di pemerintah perihal pemulangan 10 orang serdadu oleh Cina.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Zhao sebaliknya menilai “siapa yang benar dan salah sudah jelas, tanggungjawabnya kini berada sepenuhnya di tangan India.” Dia menambahkan kedua negara kini menggiatkan kanal diplomatik untuk menyelesaikan masalah di perbatasan.

“Saya harap India bisa bekerjasama dengan Cina merawat perkembangan jangka panjang hubungan bilateral kedua negara,” pungkasnya.

Bibit konflik di perbatasan

Baku hantam di lembah Galwan adalah insiden paling mematikan dalam lima dekade terakhir, sejak kedua negara menyepakati Garis Kontrol Aktual (LAC) di antara Kashmir dan Aksai Chin, September 1962.

LAC lahir sebagai warisan Perang Sino-India yang pecah antara lain sebagai buntut pendudukan Tibet oleh Cina. India saat itu banyak menampung pengungsi asal Tibet, termasuk Dalai Lama. Ketegangan memuncak ketika PM Jawaharlal Nehru menggiatkan militer di perbatasan.

Agresi militer Cina saat itu memaksa India menarik mundur pasukan di Aksai Chin hingga ke wilayah yang kini disepakati sebagai Garis Kontrol Aktual. Setelah mendeklarasikan gencatan senjata sepihak, Cina menguasai wilayah seluas 39.000 km persegi itu secara de facto.

Ironisnya, serupa dengan insiden di tahun 2020, Perang Sino-India di masa lalu juga antara lain diawali oleh insiden baku hantam antara kedua anggota pasukan.
Cina hingga kini masih mempertahanan klaim territorial atas wilayah seluas 90.000 km persegi di negara bagian Arunachal Pradesh di India. Oleh Cina, kawasan itu dinamakan “Tibet Selatan.”

rzn/as (rtr,ap,toi,indianexpress,nytimes)


Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada