Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Ketika Pembunuh Terdakwa Penista Agama Dirayakan Sebagai Pahlawan di Pakistan

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Ketika Pembunuh Terdakwa Penista Agama Dirayakan Sebagai Pahlawan di Pakistan
Iklan

Faisal Khan menjadi tenar di usia 15 athun. Pemuda Pakistan itu belakangan ramai diminta berswa foto bersama polisi atau pengacara. Di jalan-jalan kota, ribuan orang merayakannya sebagai "pejuang suci.”

Khan membunuh Tahir Naseem, seorang warga Amerika Serikat, saat menghadiri sidang dakwaan penistaan agama yang dipadati hadirin di sebuah pengadilan di Peshawar, di timur laut Pakistan.

Baca Juga:

Dia lalu didakwa pembunuhan berencana dan terancam hukuman mati. Namun ketika pengacara mengantre menawarkan bantuan mewakilinya di pengadilan, kuasa hukum Tahir Naseem harus lari menyembunyikan diri.

Remaja itu dikabarkan melewati tiga pos keamanan sebelum memasuki ruang sidang dan melepaskan beberapa tembakan ke arah Naseem ,57, yang tewas seketika. Darahnya bercipratan ke pengunjung sidang, lapor kantor berita Reuters.

Pembunuhan di lantai sidang itu menyita perhatian publik nasional dan memicu hujan kritik terhadap UU Penistaan Agama di Pakistan. Amerika Serikat misalnya mendesak Islamabad agar segera mengamandemen UU tersebut. Sejauh ini pemerintah Pakistan berjanji akan menghukum Faisal Khan dengan berat.

Ucapan selamat dari Taliban

Baca Juga:

"Ini termasuk jenis kasus di mana semua orang ingin menjadi pengacaranya," kata Inamullah Yusufzai, kuasa hukum Khan. Dia mengklaim pengacara dari seluruh Pakistan menelpon untuk mewakili Khan secara gratis. Mereka meyakini pembunuhan terhadap Naseem adalah halal dan dibenarkan.

Di jalan-jalan kota Peshawar, ribuan penduduk turun ke jalan menuntut agar pelaku dibebaskan. Sebuah delegasi beranggotakan pengacara, ulama dan politisi lokal sempat menyambangi kediaman keluarga Khan untuk menunjukkan solidaritas. Dia bahkan mendapat ucapan selamat dari perwakilan Taliban di Pakistan.

Pekan lalu sebuah foto beredar, di mana anggota polisi yang seharusnya membawa Khan ke penjara terlihat melakukan swafoto bersama sang terdakwa. Mereka terlihat tersenyum lebar di dalam kendaraan polisi, salah seorangnya terlihat mengacungkan jempol. Pada swafoto lain terlihat Khan sedang dikawal sekelompok pengacara ke dalam gedung pengadilan, dilatari khalayak yang datang memberikan simpati.

Membunuh sang "mesias"

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Naseem dilahirkan di sebuah desa di luar kota Peshawar, dan dibesarkan di Amerika Serikat. Dia berulangkali datang ke desanya dan mengekspresikan pandangan agama "yang meresahkan warga lokal," kata Wajid Ali, seorang ustaz lokal yang mengelola sebuah madrasah.

Berulangkali pula Naseem mendarat di penjara karena pandangan keagamaannya, kata Ali, warga lokal lain yang mengenal Naseem. Dia selalu dibebaskan lantaran penduduk setempat membantu dengan bersaksi bahwa dia mengidap kelainan mental. "Di internet, dia menulis hal-hal seperti 'saya adalah Imam Mahdi, atau seorang Rasul'. Hal ini menciptakan masalah besar di desa kami," ujar Ali.

Naseem juga membuat sebuah situs, di mana dia mengklaim diri sebagai mesias, yang dilengkapi tautan bagi pengunjung yang ingin menyatakan sumpah setia. Di akun pribadinya di situs profesional, LinkedIn, dia menyebut diri sebagai "Yesus yang telah kembali, seorang nabi."

Selama ini Naseem selamat lantaran hidup di Amerika Serikat. Namun pada 2018 sejumlah murid madrasah mengundangnya ke Pakistan. "Dia datang dengan pikiran bahwa murid-murid ini meyakini klaimnya dan yang lain akan ikut bergabung juga," kisah Ali. "Tapi para murid sudah menghubungi polisi. Mereka berdiri di lokasi ketika polisi menangkap Naseem."

Dia lalu didakwa menistakan Al-Quran dan Nabi Muhammad. Dua tahun kemudian nyawa Naseem berakhir di tangan seorang pemuda.

rzn/hp (Reuters)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada