Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Turki Ingin Pasukan Armenia Angkat Kaki dari Tanah Azeri

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Turki Ingin Pasukan Armenia Angkat Kaki dari Tanah Azeri
Iklan

Di tengah gencatan senjata yang gagal di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh, Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar kembali menyatakan dukungan Ankara kepada Azerbaijan "untuk mengambil kembali tanahnya sendiri". Akar menyampaikan hal tersebut selama melakukan panggilan telepon dengan Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Shoigu pada hari Senin (12/10).

Pejabat Turki itu juga mengatakan kepada Shoigu bahwa Armenia perlu mengakhiri serangannya dan "menarik diri dari tanah yang diduduki."

Baca Juga:

Wilayah Nagorno-Karabakh secara resmi merupakan bagian dari sekutu Turki, Azerbaijan, tetapi dihuni oleh orang Armenia dan dikendalikan oleh pemerintah yang didukung Armenia. Bentrokan terbaru antara pasukan Azerbaijan dan Armenia telah merenggut ratusan nyawa.

Kedua negara pecahan Soviet bertemu untuk bernegosiasi di Moskow pada Jumat (09/10) lalu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov sebagai mediator. Setelah 10 jam perundingan alot, kedua belah pihak menyetujui gencatan senjata sementara yang mulai berlaku pada hari Sabtu (10/10). Namun, baik Armenia maupun Azerbaijan sejak itu saling menuduh melancarkan serangan baru.

Pejabat Azeri juga menekankan gencatan senjata itu bersifat sementara dan bahwa mereka berencana untuk merebut lebih banyak wilayah.

Tak ada ruang untuk Turki?

Baca Juga:

Di Moskow, kedua belah pihak sepakat bahwa pembicaraan tentang solusi yang lebih permanen akan dimediasi oleh Grup Minsk - Prancis, Rusia, dan AS - yang dibentuk oleh Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE). OSCE juga melibatkan Turki dan beberapa kekuatan regional lainnya sebagai anggota. Badan tersebut dibentuk pada tahun 1992, tetapi sejauh ini gagal mencapai perubahan substansial dalam konflik Nagorno-Karabakh.

Azerbaijan menyarankan agar Turki diberi peran yang lebih besar dalam pembicaraan damai.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketika ditanya tentang saran itu pada hari Senin (12/10), Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan bahwa tidak ada perubahan yang dipertimbangkan dalam format pembicaraan.

"Pernyataan bersama di Moskow menegaskan keabadian proses negosiasi, format pembicaraan," katanya seperti dikutip oleh kantor berita Azerbaijan Salam.

Ankara sebelumnya memuji kesepakatan Moskow sebagai "langkah pertama yang penting" tetapi mengingatkan bahwa kesepakatan itu tidak akan menggantikan perjanjian perdamaian permanen.

Selama panggilan telepon antara Akar dan Shogu pada hari Senin (12/10), Akar memperingatkan bahwa "Azerbaijan tidak akan menunggu 30 tahun lagi untuk mendapatkan solusi."

rap/hp (Reuters, Interfax, AFP)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada