Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Baru Lima Hari Menjabat, Presiden Peru Mengundurkan Diri

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Baru Lima Hari Menjabat, Presiden Peru Mengundurkan Diri
Iklan

Banyak warga Peru turun ke jalan untuk merayakan pengunduran diri Presiden Manuel Merino. Mereka mengibarkan bendera dan bernyanyi di saat negeri itu menghadapi ketidakpastian dan kekacauan dalam menemukan pengganti Merino.

Kongres diperkirakan akan mengadakan pemungutan suara kedua. Pemungutan suara pertama gagal mengumpulkan dukungan mayoritas untuk anggota parlemen sayap kiri dan pembela hak asasi manusia, Rocio Silva-Santisteban sebagai presiden sementara.

Baca Juga:

Keheningan mencekam di ibu kota Lima, saat rakyat Peru menunggu keputusan tentang siapa yang akan menjadi presiden berikutnya.

“Merino sudah mengundurkan diri karena "tangannya berlumuran darah" anak-anak kita,” kata Clarisa Gomez, seoran warga yang ikut merayakan jatuhnya presiden sementara. Ia menambahkan, anggota parlemen yang memberi Merino kekuasaan, juga harus membayar segala kekacauan yang ditimbulkan.

Kongres yang didominasi oposisi Senin pekan lalu (09/11) memilih untuk mencopot pendahulu Merino, Martin Vizcarra sebagai presiden atas tuduhan suap. Anggota parlemen kemudian bertemu pada Minggu sore (10/11) untuk menentukan presiden berikutnya, atau, setidaknya, bagaimana seseorang dapat dipilih.

Baca Juga:

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Merino meminta kabinetnya untuk tetap membantu dalam transisi kekuasaan. Dia menyebut pengunduran dirinya "tidak bisa dibatalkan" dan mendesak perdamaian dan persatuan.

Presiden Kongres Luis Valdez mengatakan beberapa menit sebelum pengumuman pengunduran diri Merino, semua partai politik telah setuju Merino harus mundur. Jika dia menolak, kata Valdez, anggota parlemen akan meluncurkan proses impeachment atau pemakzulan.

Aksi protes terbesar

Ribuan warga Peru telah melakukan serangkaian aksi protes terbesar dalam beberapa dekade terakhir, yang kebanyakan di antaranya berlangsung damai. Namun juga terjadi bentrokan kekerasan antara pengunjuk rasa dan aparakt keamanan setekah Vizcarra disingkirkan.

Dua orang pengunjuk rasa tewas dalam bentrokan, kata ombudsman publik, sementara program medis negara EsSalud membenarkan dalam sebuah pernyataan, bahwa dua pria telah tewas karena luka tembak.

Koordinator Nasional Hak Asasi Manusia Peru mengatakan 112 orang terluka, beberapa karena menghirup gas air mata dan 41 orang hilang. Sedikitnya sembilan orang mengalami luka tembak, kata pejabat kesehatan.

Vizcarra, yang penggulingannya memicu krisis, memperingatkan rakyat Peru untuk tidak membiarkan anggota parlemen sekali lagi menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin Peru berikutnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Haruskah mereka yang mengambil langkah-langkah inkonstitusional ini menjadi orang-orang yang memberi kita solusi?” dia bertanya kepada wartawan di luar rumahnya setelah pengunduran diri Merino pada hari Minggu (15/11).

Sebaliknya, Vizcarra ingin Mahkamah Konstitusi Peru segera mempertimbangkan apakah pemakzulannya sendiri sah. Segera setelah itu, pengadilan mengatakan akan mempercepat sidang dengar pendapat yang sedianya digelar Rabu (18/11) menjadi hari Senin (16/11) untuk mempercepat argumen dalam kasus tersebut.

"Saya di sini untuk berkolaborasi," kata Vizcarra, seorang sentris yang tidak berafiliasi secara politik yang populer di kalangan warga Peru dan belum dinyatakan bersalah atas tuduhan korupsi yang menyebabkan ia dimakzulkan.

Petasan dan gas air mata

Pada hari Sabtu (15/11), ratusan pengunjuk rasa mengibarkan bendera Peru berukuran besar dan menyanyikan lagu kebangsaan di Plaza San Martín, di pusat kota Lima.

Namun tidak lama berselang, aksi unjuk rasa itu memicu respons keras polisi. Ombudsman Peru memperingatkan di Twitter bahwa pasukan keamanan telah mulai "menyalahgunakan kekuatan dan menembakkan gas air mata tanpa alasan" terhadap mereka yang berkumpul di pusat kota. Badan tersebut juga telah menuntut penyelidikan.

“Pawai itu bukan untuk mendukung Vizcarra kembali ke jabatannya, melainkan untuk melawan Merino,” kata César Anchante, seorang pengunjuk rasa lulusan universitas di Lima. "Kami bosan dengan korupsi, dari politisi yang memecah belah dan memaksakan kepentingan pribadi mereka."

Pada hari yang sama, perdana menteri yang ditunjuk Merino, Flores-Araoz mengatakan kepada wartawan, pencopotan Vizcarra adalah legal, sementara mempertahankannya adalah tindakan "perubahan konstitusional."

Merino juga mendesak masyarakat agar tenang dan berjanji mengadakan pemilihan presiden yang sudah ditetapkan pada 11 April.

ha/as (Reuters)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada