Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Minyak Neem: Pestisida Organik bagi Pertanian Berkelanjutan

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Minyak Neem: Pestisida Organik bagi Pertanian Berkelanjutan
Iklan

Di peternakan Diarra Agriculture dekat ibukota Mali, Bamako, 4.000 pohon jeruk tersebar di area seluas 15 hektar. Sejenis serangga menyebabkan kerusakan besar di sini, yaitu white termite, sejenis rayap yang juga dikenal dengan sebutan "semut putih". Serangga ini membuat lubang dan memasuki pohon dari akarnya sehingga membuat pohon berhenti berbuah.

Lamine Diarra, pemilik Diarra Agriculture mengungkap, "Kami sudah mencoba berbagai jenis zat kimia untuk memerangi serangga, dan tidak ada yang berhasil. Tapi ketika kami mulai memakai minyak Neem dari pohon mimba, hasilnya bagus. Dan harganya jauh lebih murah daripada pestisida."

Baca Juga:

Awalnya minyak ini berasal dari India. Pohon mimba diperkenalkan di Mali tahun 1960-an dalam upaya reboisasi. Tumbuhan ini berkembang cepat, dan tahan suhu hingga 45° Celcius, sehingga cocok bagi iklim Mali yang panas.

Dalam jumlah besar, pohon-pohon ini berisi berbagai kandungan berguna, terutama buahnya. Jika diolah, substansinya bisa digunakan untuk keperluan obat maupun pertanian. Tapi potensi sepenuhnya minyak Neem sebagai pestisida organik sampai sekarang kurang diketahui.

Di Mali hanya ada beberapa produsen minyak Neem. Sebuah perusahaan berada di Segou, 200 km di sebelah timur laut ibukota Bamako.

Baca Juga:

Membuat minyak mimba perlu proses lama. Hanya buah yang matang, yang jatuh dari pohon yang dikumpulkan dan dikeringkan di tempat teduh.

Minyak diperas dalam keadaan dingin. Seliternya berharga sekitar 256.000 Rupiah, dan bisa digunakan untuk menyemprot areal seluas sepertiga ukuran lapangan sepak bola.

"Substansi penting dalam minyak Neem adalah 'azadirachtin'.“ Begitu dijelaskan Mamadou Karabenta, dari badan pengawas tumbuhan nasional. Menurut Karabenta, itulah yang membuat produk-produk berdasar mimba efektif.

“Ini sudah terbukti mencegah pertumbuhan serangga. Jadi jika serangga tertentu memakan substansi ini, mereka akan cedera." Demikian dijelaskan Karabenta.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Minyak neem tidak beracun bagi manusia maupun lebah. Tapi petani tetap lebih suka menggunakan pestisida dari zat kimia. Padahal di Mali, tiap tahunnya ribuan orang sakit akibat keracunan pestisida. Zat kimia ini banyak dijual di seluruh kota.

Mamadou Bah, seorang pedagang bahan pertanian menjelaskan, "Terutama di musim hujan, petani membeli banyak pestisida. 20, 30, 40 kotak."

Petani lebih suka menggunakan zat kimia karena lebih mudah digunakan daripada minyak Neem. Demikian ungkap Habid Adjet. Ia menawarkan pelatihan bagi orang-orang di kawasan selatan Mali, yang ingin beralih ke pertanian organik. Itu mencakup juga bagaimana cara membuat pestisida organik.

Campuran minyak neem dengan air mengandung sabun adalah 1:50. Setelah dicampur, siap digunakan. Tapi minyak itu sensitif terhadap sinar matahari, sehingga sebaiknya digunakan setelah matahari terbenam.

Ketika sedang menempatkan minyak, Habid Adjet menemukan sejumlah cacing di lahan pertanian jagung.

"Cacing-cacing sudah mulai memakan kuncup jagung. Saat pertama kali mengurus tanaman, kami belum berhasil memusnahkan seluruh telur cacing.“ Demikian cerita Habib Adjet. Konsultan independen pengusaha muda itu menambahkan, “Yang belum kami musnahkan, akan menetas dalam 4 atau 5 hari, tapi kami akan menghancurkan mereka. Dan jika mengulang perawatan 4 kali sebulan, cacing akan mati."

Spesialis sudah meyakinkan pengusaha Issiaka Koné bahwa produk baru itu tepat baginya. "Neem dari pohon Mimba yang akan selalu ada di sekitar kita. Biaya memproduksi minyak ini juga tidak banyak, jadi saya senang dapat informasi ini." kata Issiaka Koné.

Kembali ke perkebunan jeruk dekat Bamako. Pertanian itu kini menyalurkan jeruk organik ke seluruh negeri. Kesuksesan ini bisa jadi inspirasi bagi petani lain untuk menggunakan minyak Neem, dan memerangi hama ini, tanpa merusak lingkungan hidup. (ml/yp)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada