Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Pro Kontra Rencana Uni Eropa untuk Melarang Masuk Turis Rusia

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Pro Kontra Rencana Uni Eropa untuk Melarang Masuk Turis Rusia
Iklan

Seruan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy agar warga Rusia dilarang memasuki wilayah Uni Eropa memicu perdebatan besar. Apakah dapat diterima bahwa orang Rusia bisa terus bepergian ke UE seolah-olah perang di Ukraina tidak terjadi? Bagi Finlandia, Polandia, Republik Ceko, dan negara-negara Baltik lainnya, jawaban atas pertanyaan itu adalah tidak, sehingga mereka berhenti mengeluarkan visa jangka pendek untuk warga Rusia.

Sementara Jerman, Yunani, Siprus, dan Komisi Eropa menentang larangan perjalanan yang ketat terhadap warga Rusia. Pada pekan lalu, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan sulit baginya untuk mendukung larangan perjalanan menyeluruh yang akan berdampak pada orang-orang yang tidak bersalah.

Baca Juga:

Dewan Kepresidenan Ceko dari Dewan Uni Eropa telah mengagendakan pembahasan visa dalam pertemuan informal para menteri pertahanan hari Selasa (30/08) di Praha. Diharapkan kesepakatan dengan Rusia yang telah berlaku sejak 2007, yang bisa mempercepat proses visa, akan dibatalkan.

Penangguhan perjanjian visa akan memperumit pengajuan aplikasi untuk visa jangka pendek di wilayah Schengen dan menjadikannya lebih mahal. Para diplomat juga menyatakan rencana larangan perjalanan menyeluruh bagi pemegang paspor Rusia, yang akan membutuhkan dukungan suara bulat, tidak diharapkan.

Kebijakan masing-masing negara Uni Eropa juga tidak akan membuat banyak perbedaan. Visa turis jangka pendek berlaku di 26 negara di wilayah Schengen, tidak peduli negara Uni Eropa mana yang mengeluarkannya.

Baca Juga:

Menurut Badan Pengawas Perbatasan Uni Eropa (Frontex), hampir satu juta pelancong dengan paspor Rusia telah datang ke Uni Eropa sejak perang di Ukraina berlangsung enam bulan lalu. Sebagian besar pelancong ini tiba di Finlandia (333.000 orang), Estonia (234.000 orang), dan Lituania (132.000 orang).

Negara mana yang dikunjungi orang Rusia?

Tingginya jumlah perjalanan darat ke negara-negara tetangga di UE terbukti dari kurangnya penerbangan langsung antara Rusia dan UE sejak pecahnya perang di Ukraina. Akibatnya, negara-negara seperti Jerman dan Prancis kini semakin sulit dijangkau.

Menurut Kantor Luar Negeri Federal Jerman, konsulat Jerman di Rusia mengeluarkan 14.000 visa pada paruh pertama tahun 2022. Pada 2019, sebelum pandemi dan perang di Ukraina, jumlahnya hampir 10 kali lipat

Lebih sedikit wisatawan Rusia dapat ditemukan berjalan-jalan di sepanjang Champs-Élysées tahun ini, karena mereka tidak bisa melakukan perjalanan langsung ke Prancis dari negara-negara UE.

Di sisi lain, Yunani dan Siprus dikunjungi oleh banyak turis Rusia tahun ini. Seperempat dari semua turis di Siprus berasal dari Rusia. Yunani Utara juga merupakan tujuan wisata populer di UE bagi orang Rusia yang datang melalui Serbia dan Turki.

Bisakah penerbitan visa dibatasi?

Menurut Komisi UE, larangan visa menyeluruh terhadap orang Rusia akan sulit diterapkan. Untuk mematuhi hukum internasional, beberapa bentuk perjalanan harus diizinkan, atas alasan kemanusiaan dan untuk memfasilitasi kontak keluarga.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbitan visa jangka pendek untuk wilayah Schengen, bagaimanapun, dapat sangat dibatasi. Setiap negara anggota UE memiliki kelonggaran yang signifikan dalam hal mengevaluasi aplikasi visa. Misalnya, negara-negara anggota dapat membatalkan visa yang telah dikeluarkan, seperti yang telah dilakukan Estonia.

Visa Schengen diakui oleh setiap negara anggota UE, yang berarti Estonia tidak bisa begitu saja menolak untuk mengakui visa yang dikeluarkan oleh Jerman atau Swedia. Kurangnya kontrol perbatasan di Eropa membuat hal itu hampir tidak mungkin.

Namun menurut Coda Visa Uni Eropa, seorang turis dengan visa Schengen harus menghabiskan sebagian besar waktunya di negara yang mengeluarkan visa mereka. Di luar itu, perubahan iklim politik dan kekhawatiran tentang keamanan dapat menjadi alasan yang dapat dibenarkan untuk menolak pengajuan aplikasi visa.

Pembatasan mana yang sudah ada?

Lituania bukan satu-satunya negara yang membatasi penerbitan visa untuk Rusia. Latvia, Finlandia, Polandia, Republik Ceko, dan Denmark juga ingin membatasi penerbitan visa.

Menurut firma hukum yang berfokus pada imigrasi, Fragomen, Belanda, Belgia, Spanyol, dan Rumania telah sangat membatasi penerbitan visa mereka untuk orang Rusia. Banyak negara anggota UE telah mengurangi jumlah staf konsulat dan kedutaan mereka di Rusia, sehingga lebih sulit untuk mengajukan aplikasi visa.

Perjanjian antara UE dan Rusia yang menyederhanakan penerbitan visa bagi diplomat Rusia, pejabat pemerintah, dan pebisnis ditangguhkan, meskipun secara teknis masih berlaku. Jika nantinya perjanjian itu dihentikan, akan menjadi lebih rumit dan mahal bagi warga Rusia untuk mengajukan visa.

Dalam sebuah surat terbuka kepada Josep Borrell, Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan, anggota parlemen Uni Eropa menuntut agar penerbitan visa untuk pemegang paspor Rusia dibatasi, di samping larangan perjalanan penuh untuk 6.000 orang dari kalangan elit penguasa Rusia.

Bagi anggota parlemen Uni Eropa Manfred Weber, tidak terpikirkan bahwa orang Rusia dapat berlibur di Sylt dan dilayani oleh staf asal Ukraina di restoran. Dalam sebuah wawancara dengan penyiar Jerman ARD dia berkata, "sulit membayangkan bahwa kami memiliki pengungsi dari Ukraina, sementara pada saat yang sama ada orang Rusia di sini yang hanya menikmati hidup."

(ha/hp)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada