Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Cina Larang Produk Laut Jepang Karena Buang Limbah Nuklir Fukushima

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Cina Larang Produk Laut Jepang Karena Buang Limbah Nuklir Fukushima
Iklan

Jumlah limbah cair radioaktif dari pembangkit nuklir Fukushima Daiichi yang dibuang Jepang ke Samudera Pasifik, pada Kamis (24/8), setara dengan volume tiga kolam renang olimpiade.

Sebagai respons, jiran Cina mengumumkan larangan terhadap semua impor produk laut dari Jepang.

Baca Juga:

Cina ”sangat mengkhawatirkan risiko kontaminasi radioaktif dari produk pangan dan pertanian Jepang yang diekspor ke luar negeri,” tulis otoritas bea dan cukai Cina dalam keterangan persnya.

Rencana pembuangan limbah cair Fukushima sudah direncanakan Jepang sejak tahun 2021 dan disetujui oleh Badan Pengawas Atom Internasional (IAEA) bulan lalu. Pembuangan limbah diperlukan untuk membongkar reaktor nuklir Fukushima yang rusak akibat tsunami.

"Pemerintah Jepang tidak seharusnya menciptakan kerugian kedua bagi warga lokal bahkan warga dunia demi kepentingan egoisnya,” tulis Kementerian Luar Negeri Jepang, Kamis (24/8). Tokyo sebaliknya mengecam Cina karena menyebarkan "klaim yang tidak berdasar secara ilmiah.”

Baca Juga:

Jepang merujuk pada laporan IAEA yang menyimpulkan bahwa dampak pelepasan limbah cair dari Fukushima terhadap lingkungan dan manusia "sangat kecil.”

Larangan impor produk Jepang

Asosiasi nelayan Jepang sebaliknya menolak rencana tersebut karena ikut mengkhawatirkan anjloknya nilai ekspor "Komunitas nelayan menghadapi momen ini dengan rasa takut,” tulis asosiasi dalam keterangan persnya.

Sebagai respons terhadap larangan impor Cina, Presiden Tepco, Tomoaki Kobayakawa, mengatakan pihaknya akan mengganti kerugian nelayan, yang menjadi korban kebijakan "pemerintahan asing” terhadap pembuangan limbah nuklir di Fukushima

Jumlah ekspor produk makanan laut Jepang ke Cina mencapai USD 600 juta pada 2022 silam. Nilainya adalah yang kedua terbesar setelah Hong Kong. Ekspor ke Cina dan Hong Kong mewakili 42 persen total ekspor produk makanan laut di Jepang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Larangan impor tidak hanya ditetapkan Cina, tetapi juga Korea Selatan. Perdana Menteri Han Duck-soo menegaskan larangan bagi produk makanan laut dari sekitar wilayah Fukushima akan dipertahankan hingga kekhawatiran masyarakat mereda.

Pengawasan yang dilakukan pemerintah Korsel sendiri sebelumnya sudah memastikan keamanan limbah cair di Fukushima.

Protes nuklir berlanjut

Menurut Tepco, pihaknya hanya mendeteksi 63 becquerel tritium per liter, jauh di bawah batas aman Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang sebesar 10.000 becquerel per liter. Becquerel adalah satuan nilai untuk mengukur tingkat keaktifan senyawa radioaktif.

Analisa terpisah IAEA juga membenarkan temuan tersebut. Jepang selain itu akan memantau kondisi air di wilayah sekitar dan merilis hasilnya setiap pekan, tulis Kementerian Lingkungan Hidup.

Tepco mengatakan, diperlukan waktu hingga 30 tahun untuk membuang sebanyak 1,9 juta ton limbah cair dari pembangkit Fukushima Daiichi.

Pembuangan limbah dibayangi aksi protes belasan pegiat anti-nuklir. Di Seoul, sebanyak 14 aktivis ditahan kepolisian setelah berusaha memasuki gedung Kedutaan Besar Jepang. Belasan pegiat juga berkumpul di depan kantor Tepco di Tokyo. Mereka menolak apa yang dituduhkan sebagai pencemaran ekosistem laut.

"Bencana nuklir Fukushima belum berakhir. Kali ini hanya sekitar 1 persen limbah cair yang akan dibuang ke laut,” kata Jun Lizuka, peserta protes berusia 71 tahun. "Mulai sekarang, kami akan terus berjuang untuk waktu lama demi menghentikan pembuangan air yang telah terkontaminasi.”

rzn/hp (rtr,afp)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada