Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Putra Raja Thailand Desak Diskusi soal Hukum Lese Majeste

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Putra Raja Thailand Desak Diskusi soal Hukum Lese Majeste
Iklan

Vacharaesorn Vivacharawongse, putra kedua Raja Maha Vajiralongkorn, menyampaikan usulan untuk diskusi terbuka membahas undang-undang yang melarang penghinaan terhadap keluarga kerajaan, setelah mengunjungi sebuah pameran di New York, Amerika Serikat, pada Selasa (19/09). Ekshibisi tersebut menyoroti orang-orang yang dituntut berdasarkan undang-undang pencemaran nama baik kerajaan Thailand yang ketat.

Undang-undang, yang sering disebut sebagai 112 sesuai pasal hukum pidana itu, melindungi raja dan keluarga dekatnya dari hampir semua kritik. Siapa yang melanggar dapat menerima hukuman penjara yang berat.

Baca juga:

"Saya hadir sebagai warga negara Thailand yang mencintai dan menghormati monarki. Namun, saya percaya bahwa ‘mengetahui' lebih baik daripada ‘tidak mengetahui',” tulis Vacharaesorn dalam bahasa Thailand di Facebook.

"Setiap orang harus berbagi pendapat berdasarkan pengalaman yang berbeda.”

Ia menulis bahwa mengabaikan opini tidak membuat opini tersebut hilang.

Baca juga:

"Karena itu, saya yakin mendengarkan mereka adalah hal yang baik,” tulis pria berusia 42 tahun itu.

Membungkam perbedaan pendapat

Sebelumnya kritikus telah lama menyatakan bahwa undang-undang tersebut digunakan untuk membungkam perbedaan pendapat.

Protes besar-besaran pada tahun 2020 menyebabkan ribuan orang mendesak reformasi undang-undang, sebuah seruan yang diperjuangkan oleh Partai Move Forward (MFP) yang memenangkan kursi terbanyak dalam pemilu nasional pada Mei lalu.

Tekad MFP untuk mengubah undang-undang tersebut pada akhirnya menghalangi mereka mengambil alih kekuasaan setelah mendapat perlawanan kekuatan konservatif pro-royalis di parlemen.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pertunjukan "Wajah Korban 112" di Universitas Columbia diselenggarakan oleh akademisi kerajaan Thailand di pengasingan, Pavin Chachavalpongpun, yang mengonfirmasi kepada AFP bahwa Vacharaesorn hadir sebagai tamu.

"Dia tertarik dengan masalah ini dan dia mengatakan bahwa meskipun ada perbedaan pendapat mengenai masalah ini, harus ada cara yang harus kita komunikasikan,” katanya dari New York.

Vacharaesorn melakukan kunjungan tak terduga ke Thailand pada bulan Agustus, pertama kalinya dalam hampir dua dekade, setelah menghabiskan sebagian besar hidupnya di luar negeri.

Kunjungannya terjadi pada saat yang sensitif bagi keluarga kerajaan Thailand, karena putri tertua raja, Putri Bajrakitiyabha Mahidol, masih dirawat di rumah sakit setelah pingsan dan kehilangan kesadaran pada Desember lalu.

Namun, istana tidak mengomentari kunjungan tersebut.

Raja, yang memiliki tujuh anak dari empat pernikahannya, belum secara resmi menunjuk ahli warisnya, meskipun peraturan suksesi Thailand lebih mengutamakan anak laki-laki.

ha/ (AFP)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada