Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo DW

Cina dan India Bersaing untuk Dapatkan Pengaruh di Maladewa

Reporter

Editor

dw

image-gnews
Cina dan India Bersaing untuk Dapatkan Pengaruh di Maladewa
Iklan

Kemenangan besar Kongres Nasional Rakyat PNC dari presiden Mohamed Muizzu dalam pemilihan parlemen di Maladewa pada akhir pekan, dapat menandai perubahan penting menuju kebijakan luar negeri yang lebih pro-Beijing. PNC berhasil merebut 70 dari 93 kursi.

Partai Demokrat Maladewa MDP, yang dipimpin oleh mantan Presiden Ibrahim Mohamed Solih, yang dianggap sebagai pemimpin pro-India, hanya memenangkan 15 kursi, dibanding dulunya 65 kursi.

Baca Juga:

Presiden Mohammed Muizzu memang menjalankan kampanye "India Out" dan tidak pernah merahasiakan sikap anti-India dan pro-Cina sejak ia menjabat pada November tahun lalu.

Pengurangan personel militer India

Dalam beberapa jam setelah menjabat, Mohammed Muizzu menuntut pemulangan personel militer India yang mengoperasikan tiga platform penerbangan di Maladewa pada bulan Mei.

Kedua negara telah sepakat untuk menyelesaikan penarikan 89 tentara India dan staf pendukung mereka dari Maladewa pada tanggal 10 Mei. Pada bulan Maret, 25 tentara India yang dikerahkan di atol paling selatan Addu meninggalkan kepulauan tersebut sebagai bagian dari kesepakatan penarikan itu. Maladewa juga memutuskan untuk tidak memperbarui perjanjian tahun 2019 dengan India mengenai survei hidrografi perairan negara kepulauan itu.

Baca Juga:

Menyusul kemenangan PNC, Cina menyatakan kesediaannya untuk memperdalam kemitraan antara kedua negara. Beijing sudah terlibat dalam beberapa proyek infrastruktur dan investasi ekonomi di Maladewa sebagai bagian dari proyek global Belt and Road Initiative (BRI).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Cina ingin bekerja sama dengan Maladewa dan meneruskan persahabatan dan kerja sama tradisional di segala bidang, memperdalam kemitraan kerja sama komprehensif kami, dan membangun komunitas masa depan strategis bersama antara kedua negara yang menguntungkan kedua bangsa," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin pada konferensi pers di Beijing hari Senin (23/4),

Menjaga persahabatan dengan India, atau lebih banyak bantuan dari Cina?

Gulbin Sultana, peneliti di Institut Studi dan Analisis Pertahanan Manohar Parrikar di India, mengatakan kehadiran Cina akan meningkat dalam jangka pendek, terutama setelah kunjungan Muizzu ke Cina bulan Januari lalu, di mana kedua belah pihak menandatangani perjanjian di beberapa bidang. kerja sama. "Bahkan jika PNC dan Presiden Muizzu ingin mengurangi ketergantungan Maladewa pada impor dari India, hal ini harus dilakukan dengan mengingat beban utang negara dan situasi ekonomi serta situasi geopolitik global,” kata Sultana kepada DW.

Maladewa saat ini menghadapi masalah peningkatan utang, rendahnya pendapatan, dan menipisnya cadangan devisa. Negara ini mengalami defisit anggaran dan memerlukan bantuan serta hibah. "Dalam hal pendapatan pariwisata dan masalah ekonomi lainnya, Muizzu tidak bisa mengabaikan India terlalu lama,” kata Srikanth Kondapalli, pakar Cina di Sekolah Studi Internasional Universitas Jawaharlal Nehru, kepada DW.

Anil Wadhwa, seorang diplomat veteran India, yakin kemenangan politik terbaru presiden Maladewa hanya akan memberinya keberanian untuk melakukan kolaborasi dengan Cina, yang dapat merugikan keamanan India dalam jangka panjang. "Cina juga akan berusaha melakukan konsolidasi lebih lanjut di Maladewa. Pilihan India akan semakin terbatas dan akan sulit untuk menjaga pengaruh Cina agar tidak semakin besar,” katanya kepada DW.

(hp/as)

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada