Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Calon Presiden Anies Baswedan bicara arah Indonesia jika terpilih menjadi presiden 2024. Dia menjelaskan beberapa fase yang sudah dilalui Indonesia mulai dari satu bangsa dengan adanya Kongres Pemuda II pada tahun 1926
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami itu semua dari seluruh Indonesia, ada yang dari Sawahlunto, Sulawesi Utara, Sunda, Jawa dari mana-mana. Tapi kita satu bangsa, ditandai dengan satu bangsa,” ujar Anies dalam acara Dialog Apindo bersama Capres 2024 di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, pada Senin, 11 Desember 2023
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta itu, Indonesia memiliki satu bahasa persatuan yakni Bahasa Indonesia. Berbeda dengan di Eropa di mana ada sekitar 28 bangsa, tapi basahanya berbeda, sehingga jika ingin memahami dokumen dari Uni Eropa harus diterjemahkan terlebih dulu. “Kami satu bangsa pada 1928.”
Kemudian, fase kedua, kata Anies, Indonesia berhasil menjadi satu negara pada 1945, tahun kemerdekaan Indonesia. Lalu satu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 1950, karena sebelumnya Indonesia masih negara federasi. “Bung Karno (Presiden Soekarno) mengatakan pada upacara 17 Agustus 1950 ini adalah proklamasi kedua kerena mulai saat itu menjadi negara kesatuan,” tutur Anies.
Namun, setelah satu NKRI, Indonesia belum satu tanah air. Baru kemudian pada 1957 Djoeanda Kartawidjadja membuat pernyataan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara kepuauan yang memiliki corak tersendiri. Namun, dunia baru mengakuinya pada 1982 melalui Konvensi PBB tentang Hukum Laut II (UNCLOS). Sehingga sudah menjadi satu tanah air.
“Sekarang kemana kami ke depan? Pekerjaan rumah kami adalah menjadi satu kemakmuran,” tutur Anies.
Defisini Indonesia menjadi satu kemakmuran
Anies menginginkan Indonesia menjadi satu kemakmuran, tidak hanya wilayah tertentu yang makmur, tidak pula dalam sektor tertentu. Oleh karena itu, Anies berujar, dalam visi misinya, dia menggunakan dua dimensi, yakni sektor dan teritorial.
“Kalimantan apa, Sulawesi apa, Nusa Tenggara apa, Jawa apa, Papua apa, sehingga pembangunan itu tidak simetris. Seluruh Indonesia pendekatannya sama, tapi ada teritorial base untuk kami bisa membereskan pekerjaan rumah kami itu,” ucap Anies Baswedan.