Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) optimistis kalau Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, akan berhati-hati dalam menentukan besaran tarif impor resiprokal yang berpotensi memicu ketegangan dagang global. Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menilai Trump mempertimbangkan dampaknya terhadap konsumen dalam negeri AS. “Presiden Amerika akan berhati-hati sekali karena akan berdampak kepada konsumen Amerika, jadi kita mesti menyadari hal itu,” kata Shinta kepada wartawan di kantor Apindo, Jakarta Selatan, Selasa, 13 Mei 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Shinta menilai kebijakan tarif tinggi terhadap produk impor kemungkinan besar akan menyebabkan kenaikan harga barang-barang di pasar AS. “Kemungkinan besar buyer akan menaikkan pricing-nya kepada konsumen,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, Trump menyadari kebijakan tarif impor secara luas bisa membawa masalah serius jika diterapkan secara menyeluruh. “Nanti yang paling gugur itu konsumen Amerika,” tutur Shinta.
Ia menjelaskan, kebijakan tarif yang diambil Trump bertujuan mengurangi defisit perdagangan AS yang sangat besar. Tarif resiprokal dipandang sebagai cara untuk meningkatkan pendapatan negara.
Shinta juga mengingatkan bahwa kesepakatan awal antara AS dan mitra dagangnya, seperti Cina, belum tentu bertahan lama. Setelah sempat melonjak hingga 145 persen, tarif timbal balik antara AS dan Cina memang dipangkas, namun belum menjamin kestabilan jangka panjang. “Saya enggak yakin berapa lama ini bertahan, bisa lagi besok nanti dia bilang dengan ini begini, negara lain nanti dia bisa bilang lain lagi,” kata Shinta.
Ia mencermati kebijakan tarif ini sebagai strategi AS untuk memenangkan persaingan dalam perang dagang. Shinta mencontohkan negosiasi antara AS dan Inggris terkait tarif impor mobil dan suku cadang. Inggris menyebut berhasil menurunkan tarif dari 25 persen menjadi 10 persen dan mengklaim kemenangan, namun AS juga mengklaim sebagai pihak yang memberi penurunan tersebut. “Jadi mungkin saja ini semua cuma strategi Trump, bisa-bisa akhirnya semua negara cuman kedapatan 10 persen, bisa juga gitu,” ucapnya.
Shinta menekankan bahwa perhatian tidak seharusnya hanya tertuju pada besaran tarif yang ditetapkan Trump, melainkan juga dampaknya terhadap industri dan pelaku usaha di Indonesia. Salah satu kekhawatirannya adalah potensi Indonesia menjadi sasaran dumping produk-produk asal Cina.
Pasalnya, Cina merupakan mitra dagang utama AS, menyumbang sekitar 14 persen dari total impor AS dengan nilai mencapai US$ 462 miliar. “Dia nantinya punya tendensi untuk dumping barangnya dan Indonesia merupakan salah satu target pasar dumping,” ujar Shinta.
Shinta menjelaskan praktik dumping tersebut bisa berdampak pada penurunan permintaan domestik terhadap produk lokal. Oleh karena itu, ia mendorong pemerintah untuk menyiapkan instrumen regulasi untuk mengantisipasi dampak dari praktik tersebut.
Pilihan Editor: Dari Mana Barang Bajakan yang Masuk Pasar Indonesia