Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Ekonomi

Berita Tempo Plus

Dibayangi Krisis Sistem Keuangan Global

Bank Indonesia menilai guncangan pasar keuangan global menimbulkan risiko yang patut diwaspadai sistem keuangan domestik.

17 Maret 2023 | 00.00 WIB

Aktivitas pelayanan penukaran mata uang asing di Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Aktivitas pelayanan penukaran mata uang asing di Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Bank Indonesia menuturkan guncangan pasar keuangan global menimbulkan risiko yang patut diwaspadai.

  • Ada empat alasan yang akan menentukan daya tahan kondisi perbankan Indonesia.

  • Pasar kembali tertekan setelah munculnya permasalahan baru, yaitu krisis yang menerpa Credit Suisse.

JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menuturkan bahwa guncangan pasar keuangan global menimbulkan risiko yang patut diwaspadai sistem keuangan domestik. Bank sentral bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pun segera menyelesaikan stress test atau uji ketahanan perbankan Indonesia. “Hasilnya kami simpulkan perbankan kita berdaya tahan terhadap dampak dari situasi tersebut, dan kami masih akan terus melakukan pemantauan,” ujarnya, kemarin, 16 Maret 2023.

Perekonomian Indonesia dibayangi krisis keuangan global yang melanda sejumlah negara. Di antaranya inflasi tinggi yang melanda negara maju di Amerika dan Uni Eropa hingga ambruknya sejumlah entitas keuangan raksasa dunia. Awan gelap pasar keuangan global itu dimulai dengan penutupan tiga bank raksasa Amerika Serikat secara beruntun, yaitu Silicon Valley Bank, Silvergate Bank, dan Sigantute Bank, hingga krisis yang menerpa raksasa bank investasi Credit Suisse sehingga harga sahamnya menyusut drastis dan berada di ambang kebangkrutan.

Perry menjelaskan bahwa ada empat alasan yang akan menentukan daya tahan kondisi perbankan Indonesia. Pertama, pembiayaan deposit yang tetap terdiversifikasi. Kedua, kepemilikan surat utang AS atau US Treasury oleh perbankan Indonesia yang cenderung tidak banyak sehingga dampaknya masih terbatas. “Alasan ketiga, kepemilikan surat berharga negara (SBN) kita memiliki manajemen risiko yang baik, dengan sudah mulai bergeser dari available for sale menjadi hold to maturity,” katanya. Adapun risiko valuasi telah diantisipasi dengan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN).

Adapun alasan keempat, perbankan nasional dinilai sudah memiliki rasio kecukupan modal (capital adequate ratio/CAR) yang memadai, yaitu mencapai 25,88 persen pada Januari 2023. Sedangkan risiko kredit juga terpantau terkendali dengan tingkat rasio kredit macet (non-performing loan/NPL) yang rendah, yaitu secara bruto 2,59 persen dan neto 0,76 persen. “Ini cukup tinggi untuk menjadi bantalan risiko,” kata Perry. Dia juga memastikan tidak ada dampak langsung yang dirasakan karena sebagian besar perbankan nasional tidak menanamkan dananya pada entitas bank yang gagal tersebut.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ghoida Rahmah

Bergabung dengan Tempo sejak Agustus 2015, lulusan Geografi Universitas Indonesia ini merupakan penerima fellowship Banking Journalist Academy batch IV tahun 2016 dan Banking Editor Masterclass batch I tahun 2019. Pernah menjadi juara Harapan 1 Lomba Karya Jurnalistik BPJS Kesehatan di 2016 dan juara 1 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Media Cetak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2021. Menjadi Staf Redaksi di Koran Tempo sejak 2020.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus