Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Diono Susilo menjelaskan perbedaan kewenangan tukang gigi yang lebih sempit dibandingkan dengan dokter gigi. "Tukang gigi hanya diperbolehkan untuk memasang gigi tiruan lepas," kata Diono di Jakarta, Rabu 15 November 2018.
Baca: Gigi Kelincinya Jadi Gunjingan, Begini Jawaban Roy Kiyoshi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perihal ketentuan perundang-undangan terkait tukang gigi ini, kata Diono, pernah diajukan uji materi ke Mahkamah Konstitusi (MK) Pasal 73 dan Pasal 78 Undang-Undang No.29/2004 tentang Praktik Kedokteran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasil uji materi yang dikabulkan oleh MK tersebut kemudian tetap memperbolehkan profesi tukang gigi berpraktik. Namun sekali lagi Diono mengingatkan kewenangan tukang gigi dibatasi hanya untuk memasang gigi tiruan lepas, kendati di lapangan praktiknya berbeda. "Tapi sekarang sudah ada yang pasang kawat segala macam," kata dia.
Diono menerangkan beberapa pengalamannya yang melakukan tindakan pada pasien yang dulunya pernah ke tukang gigi. Menurut dia, hasil kerja tukang gigi tidak jarang melakukan kesalahan-kesalahan yang menyebabkan dampak kesehatan. "Dokter gigi sering lihat kesalahan-kesalahan yang bisa berdampak pada malfungsi, tidak hanya estetika saja. Misalnya ada hambatan di mana gigi yang seharusnya tumbuh menjadi tidak tumbuh," kata Diono.
Baca: Suka Ikuti Tren Veneer dan Kawat Gigi, Waspada Dampaknya
Oleh karena itu Diono mengimbau kepada masyarakat agar memilih tenaga kesahatan yang terpercaya dan berkompetensi, seperti dokter gigi, untuk pengobatan gigi dan mulut. "Sebaiknya berobatlah pada orang yang berkompeten, yaitu dokter gigi, karena kami punya sertifikasi," kata dia.