Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Belajar dari Kasus Koper Alissa Wahid dan Piala Fatimah, Dirjen Bea Cukai: Perbaikan Layanan Terus Dilakukan

Belajar dari kasus koper Alissa Wahid yang diacak-acak dan piala Fatimah Zahra yang ditagih pajak, Ditjen Bea Cukai terus melakukan perbaikan layanan.

1 April 2023 | 05.00 WIB

Ilustrasi petugas Bea Cukai memeriksa penumpang di bandara. Dok. Bea Cukai
material-symbols:fullscreenPerbesar
Ilustrasi petugas Bea Cukai memeriksa penumpang di bandara. Dok. Bea Cukai

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan Askolani mengatakan bahwa pihalnya telah menindaklanjuti sejumlah keluhan dari masyarakat soal layanan kepabeanan yang ramai dikeluhkan belakangan ini. "Kita sangat berterima kasih untuk itu," katanya dalam Media Briefing Perkembangan Isu Kemenkeu Terkini di Kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat, pada Jumat, 31 Maret 2023. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Ia lalu mencontohkan beberapa masalah pelayanan yang viral disorot masyarakat. Salah satunya terjadi pada tahun 2015, soal pengenaan pajak atas piala Fatimah Zahratunnisa yang didatangkan dari Jepang. "Bu Alissa (koper Alissa Wahid yang diacak-acak) itu pelayanan 2019-2020," ujar Askolani.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Keluhan Fatimah dan Alissa Wahid itu sempat viral dan dibahas warganet. Selain itu ada juga sejumlah kasus yang ditindaklanjuti Bea Cukai, khususnya dalam memperbaiki pelayanan sebagai kunci dalam rangka reformasi institusi.

Askolani menyebutkan, Bea Cukai berkomitmen untuk memperkuat integritas, sehingga banyak penindakan pegawai internal baik di Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan banyak tempat lainnya. Hal tersebut dilakukan secara konsisten, sehingga tidak memberikan celah membuat kesalahan. 

Kedua, Bea Cukai juga terus memperbaiki pelayanan agar bisa mendukung ekspor dan impor, tapi juga menerapkan prosedur yang tepat sesuai aturan terhadap barang-barang yang masuk ke Indonesia.

Bea cukai, kata Askolani, selain harus menyediakan pelayanan yang baik dan mudah, tapi juga bertanggung jawab mengawasi semua barang yang masuk ke Tanah Air dengan mengikuti ketentuan perpajakan kepabeanan yang merupakan amanat Undang-undang.  

"Teman-teman konsisten melaksanakan," tutur Askolani. 

Selanjutnya: Ditjen Bea Cukai akan terus melakukan ...

Ke depan, dia melanjutkan, Ditjen Bea Cukai akan terus melakukan perbaikan-perbaikan. Di pelabuhan, bandara, dan juga di tempat-tempat pelayanan lainnya, misalnya, terus dibenahi. "Itu komitmen kita."

Jika ada masukan dari publik, tentunya menjadi penguat Ditjen Bea Cukai untuk langsung diperbaiki. Begitu juga, bila ada kelemahan pada institusi tersebut, maka langsung dilakukan tindakan. 

Sejumlah perbaikan, kata Askolani, juga dilakukan agar proses bisnis menjadi lebih mudah, cepat, dan simpel. Salah satunya dengan menggunakan teknologi dan informasi (IT) yang bisa membuat pelayanan lebih cepat. Contohnya pelayanan untuk IMEI smartphone, di mana beberapa waktu ke belakang Ditjen Bea Cukai sudah bisa memfasilitasinya agar lebih mudah. 

"Kemudian juga kami melakukan di pelabuhan besar, di perbatasan, masalah rokok, semuanya dibenahi secara komprehensif. Jadi tidak bisa hanya sepotong-sepotong dari sisi pelayanan, termasuk pengawasan dan optimalisasi daripada penerimaan dan dukungan ekonomi kita di kawasan fasilitas ekonomi," tutur Askolani. 

Sebelumnya, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid alias Alissa Wahid menceritakan pengalaman yang tidak menyenangkan dengan petugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Cerita itu muncul setelah akun Twitter bernama @kurawa mengunggah cuitan dengan tangkapan layar seorang wanita yang membawa piala lomba nyanyi di Jepang ditagih Rp 4 juta. 

“Maaf nyamber. Suatu ketika saya pulang dari konferensi di Taiwan. Di Cengkareng, saya diarahkan menuju meja pemeriksaan yang di dalam itu,” cuit Alissa pada Ahad, 19 Maret 2023. 

Kemudian terjadilah komunikasi antara putri sulung Presiden Keempat Abdurrahman Wahid atau Gur Dur itu dengan seorang petugas wanita bea dan cukai. Kepada Alissa, petugas itu mempertanyakan: "Kamu pulang kerja ya di Taiwan? Berapa lama kerja di sana? Bawa apa aja? Buka kopernya,” tulis Alissa menirukan petugas. 

Selanjutnya: Lantas Ketua PBNU itu...

Lantas Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu pun menuruti permintaan pertugas bea cukai itu dan membuka kopernya sambil menyerahkan paspornya. “Cuma 3 hari di Taiwan,” kata Alissa menjawab pertanyaan pertugas itu.

Lalu petugas itu mempertanyakan pekerjaan apa yang dilakukan Alissa yang dilakukan tiga hari di Taiwan. Petugas itu juga mempertanyakan soal koper besar yang dibawa, termasuk apa saja yang sudah dibeli, bahkan bayaran hasil pekerjaan Alissa. 

Alissa yang juga seorang psikolog itu menjawab bahwa dia bekerja untuk mengikuti konferensi. “Petugas: ‘kok kamu bisa belanja dan bawa barang banyak? Kamu kerja apa?’ Ndedes,” kata Alissa. 

Lebih lanjut, petugas itu juga mempertanyakan apakah Alissa sering bepergian ke luar negeri sambil membuka isi paspornya. “Ya. Bisa lihat di paspor, mbak,” ucap Alissa. Kemudian petugas itu bertanya lagi: “Kok sering ke luar. Kerja apa?” Alissa menjawab LSM (lembaga swadaya masyarakat).

Setelah itu menurut Alissa, petugas menengok dirinya dengan tampang agak kecut, lalu mengembalikan paspor. “Silakan,” kata Alissa meniru petugas. Lalu, Alissa langsung membereskan koper yang sudah diacak-acak oleh petugas tersebut. 

Sementara kejadian Fatimah Zahra, kejadiannya bermula pada 2015 saat memenangkan acara lomba nyanyi di TV Jepang. Kemudian, pialanya dikirim ke Indonesia karena terlalu besar jika dibawa ke pesawat. “Ditagih pajak Rp 4 juta. Padahal lombanya enggak ada hadiah uang cuma piala itu doang. Menang lomba kok nombok,” cuit @zahratunnisaf. 

Kemudian, @zahratunnisaf mengaku merasa tidak terima, dan diminta untuk melengkapi surat-surat yang membuktikan bahwa itu benar-benar hadiah. Bahkan, @zahratunnisaf sampai menunjukan video di acara TV Jepang yang diikutinya. “Baru orang bea cukai percaya. Mana waktu di kantornya disuruh nyanyi buat buktiin bisa nyanyi apa enggak,” kata dia. 

Kepada Alissa Wahid dan Fatimah, Staf Khusus Menteri Keuangan (Kemenkeu) Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo kemudian meminta maaf atas pengalaman tidak mengenakan yang dialami keduanya saat berhadapan dengan pegawai Bea Cukai tersebut.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.  

M. Khory Alfarizi

Alumnus Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Bergabung di Tempo pada 2018 setelah mengikuti Kursus Jurnalis Intensif di Tempo Institute. Meliput berbagai isu, mulai dari teknologi, sains, olahraga, politik hingga ekonomi. Kini fokus pada isu hukum dan kriminalitas.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus