Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Beras Impor Tiba di Pelabuhan Tanjung Priok

Bulog akan melakukan monitoring pembongkaran beras impor di Kade 115 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

16 Desember 2022 | 06.58 WIB

Pekerja mengangkut karung beras ke gudang Bulog Gedebage, Bandung, Jawa Barat, 31 Maret 2022. Bulog menjamin stok beras, telur, dan gula pasir, aman untuk Ramadan dan Lebaran. TEMPO/Prima Mulia
Perbesar
Pekerja mengangkut karung beras ke gudang Bulog Gedebage, Bandung, Jawa Barat, 31 Maret 2022. Bulog menjamin stok beras, telur, dan gula pasir, aman untuk Ramadan dan Lebaran. TEMPO/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Beras impor telah tiba di Tanjung Priok pada Jumat, 16 Desember 2022. Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) pun akan melakukan monitoring pembongkaran beras impor di Kade 115 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Monitoring dilakukan pada Jumat, 16 Desember 2022 pukul 09.00 sampai selesai," berikut bunyi undangan resmi Bulog yang diterima Tempo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemerintah memutuskan mengimpor beras setelah mengadakan dua kali rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Opsi impor sebanyak 200 ton diambil untuk memenuhi cadangan pangan Perum Bulog yang kian tiris.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengumumkan kebijakan impor usai Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara pada Selasa, 6 Desember 2022. "Cadangan pangan ini harus ada dan tidak dikeluarkan secara bebas, hanya digunakan untuk beberapa kegiatan Pemerintah," ujar Arief saat itu melalui keterangan resmi. 

Arief menegaskan stok beras impor tersebut hanya digunakan pada kondisi tertentu, seperti penanggulangan bencana, intervensi harga jika diperlukan, dan beberapa kegiatan pemerintah lainnya. Penggunaannya akan diawasi secara ketat bersama Satgas Pangan untuk memastikan tidak ada yang masuk ke pasar. 

Lebih lanjut, dia menilai beras impor itu tidak akan mengganggu beras petani. Sebab, beras itu hanya digunakan untuk kegiatan pengendalian harga dan pemenuhan pangan di tengah kondisi darurat atau bencana melalui Perum Bulog. “Kita pastikan betul beras komersial ini tidak akan mengganggu beras dalam negeri produksi petani."

Adapun beras komersial itu merupakan persediaan akhir tahun ini sampai menunggu panen raya pada Februari hingga Maret 2023. Selanjutnya, pemerintah melalui Bulog akan menyerap hasil panen dalam negeri pada Februari hingga Maret 2023. 

Impor beras diharapkan dapat membuat stok Bulog kembali mencapai 1,2 juta ton. Kesediaan cadangan beras itu diperlukan untuk menjaga harga di tingkat petani. Cadangan beras kemudian akan dikeluarkan ke pasar pada saat produksi dalam negeri berkurang di akhir tahun. 

Sementara itu, hingga kini, pemerintah belum mengumumkan secara resmi ihwal negara mana saja beras impor itu berasal. Menurut Budi, kondisi global saat ini membuat impor beras tidak mudah. Situasi geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang masih memanas membuat rantai pasokan pangan dunia menjadi terhambat, sehingga hampir seluruh negara penghasil beras menutup keran ekspor untuk melindungi ketahanan pangan masing-masing negaranya. 

Meski demikian, ia yakin pemerintah akan terus berupaya agar dapat memasok beras impor hingga 200 ribu ton pada akhir tahun ini. "Ini 200 ribu juga sudah dalam upaya, ya. Kita upayakan sampai Desember," ucapnya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta Selatan pada Rabu, 7 Desember 2022. 

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

 

Riani Sanusi Putri

Lulusan Antropologi Sosial Universitas Indonesia. Menekuni isu-isu pangan, industri, lingkungan, dan energi di desk ekonomi bisnis Tempo. Menjadi fellow Pulitzer Center Reinforest Journalism Fund Southeast Asia sejak 2023.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus