Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Biaya Konstruksi Jalan Tol Cibitung-Cilincing Naik 2,5 Kali Lipat

Biaya konstruksi jalan tol Cibitung Cilincing membengkak dua kali lipat,

11 Oktober 2019 | 05.58 WIB

Pekerja merampungkan pembangunan konstruksi proyek jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) seksi 2A di kawasan Pedati, Jakarta, Senin, 12 Agustus 2019. Proyek Tol Becakayu tahap pertama dirampungkan sampai dengan Bekasi Barat di Jalan Ahmad Yani dengan titik keluar masuk kendaraan menuju ke jalan tol itu berada di Jalan Hasibuan. Targetnya rampung pada tahun ini.  TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Pekerja merampungkan pembangunan konstruksi proyek jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) seksi 2A di kawasan Pedati, Jakarta, Senin, 12 Agustus 2019. Proyek Tol Becakayu tahap pertama dirampungkan sampai dengan Bekasi Barat di Jalan Ahmad Yani dengan titik keluar masuk kendaraan menuju ke jalan tol itu berada di Jalan Hasibuan. Targetnya rampung pada tahun ini. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - PT Cibitung Tanjung Priok Port Tollways melansir bahwa biaya pembangunan jalan tol jalan tol Cibitung—Cilincing mengalami kenaikan pesat seiring perubahan desain jalan tol. Investasi yang semula diperkirakan Rp 4,20 triliun membengkak hingga Rp 10,80 triliun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Direktur Teknik PT Cibitung Tanjung Priok Port Tollways (CTP) Ari Sunaryono mengatakan dalam perjanjian pengusahaan jalan tol yang ditandatangani perseroan pada Agustus 2011, pembangunan jalan tol tersebut ditaksir menelan biaya Rp 4,20 triliun. Namun, taksiran tersebut berubah saat proyek jalan tol sepanjang 34,80 kilometer saat konstruksi dimulai pada 2017.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sekarang nilai investasinya Rp 10,80 triliun dan kami sudah konsultasi (dengan regulator)," ujarnya saat paparan progres proyek tersebut, Kamis, 10 Oktober 2019.

Menurut Ari, perubahan taksiran biaya investasi disebabkan perubahan desain konstruksi. Pembangunan jalan tol Cibitung—Cilincing amat menantang karena dibangun di atas kontur lahan yang beragam sepanjang trase.

Selain itu, trase jalan tol bersinggungan dengan utilitas publik seperti jalur pipa, jalan bukan tol, dan kanal banjir.

Pemimpin Proyek Jalan Tol Cibitung—Cilincing Yaya Uhiya menambahkan bahwa trase sepanjang 26,20 kilometer dibangun dengan konstruksi tiang pancang (pile slab).

Sementara itu, sisanya dibangun dengan metode timbunan tanah atau at grade sejauh 6 kilometer dan melayang (elevated) sepanjang 1,80 kilometer.

Yaya mengatakan bahwa kontur tanah lunak sedalam lebih dari 20 meter menjadi musabab jalan tol tak bisa dibangun dengan menimbun tanah, metode yang paling murah.

Selain tanah lunak, trase jalan tol Cibitung—Cilincing juga melintasi rawa sehingga membutuhkan metode tiang pancang untuk menopang struktur jalan tol.

"Jadi, secara konstruksi, tol ini komplet karena ada at grade, elevated, dan pile on slab," ujar Ari.

Di sisi lain, CTP sudah mengamankan pendanaan untuk proyek jalan tol lewat pinjaman sindikasi perbankan senilai Rp 7,40 triliun atau hampir 70 persen dari total investasi.

Adapun, sisa pendanaan ditopang setoran modal pemegang saham, yaitu PT Waskita Toll Road (WTR) dan PT Akses Pelabuhan Indonesia (API), anak usaha PT Pelabuhan Indonesia II (Persero). WTR memiliki saham CTP sebesar 55 persen, sedangkan API menggenggam 45 persen.

Secara umum, per 3 Oktober 2019, progres pembebasan lahan di proyek jalan tol Cibitung—Cilincing mencapai 80,12 persen, sedangkan progres konstruksi tercapai 61,24 persen. Jalan tol yang dibangun sejak September 2017 itu dijadwalkan beroperasi pada kuartal II/2020.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus