Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
YOGYAKARTA --- Kerudung dan jins bekas menyesaki dua kontainer plastik milik Lisa Andriani di rumahnya di Jalan Imogiri Barat, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Seratus kerudung dan 30 jins itu akan diolah menjadi tas, topi, dan tote bag.
Di meja, berdiri mesin jahit lengkap dengan potongan kain perca dan jins. Lisa sedang menyiapkan prototipe topi model terbaru berbahan daur ulang limbah pakaian. Di rumah itulah Lisa menggerakkan GombalProject.id, komunitas yang mengedukasi publik untuk mengolah pakaian bekas menjadi barang baru. Gerakan ini punya misi mengurangi sampah berupa baju atau kain.
Lisa meminjam kata gombal untuk gerakannya itu. Dalam bahasa Jawa, gombal berarti kain bekas yang jelek dan tidak terpakai. “Kami mengajak orang melihat bahwa baju bekas juga punya nilai,” ujar Lisa, Jumat, 15 Juli 2022.
Lisa memulai gerakannya ketika lulus kuliah S2 dari Jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada pada 2018. Ia bersama dua temannya sering mencari awul-awul. Dia mencari pakaian bekas dari luar negeri setiap kali ada perayaan Sekaten. Saat hujan, baju-baju bekas itu tidak laku dan menjadi sampah.
Belajar dari YouTube
Kepedulian Lisa terhadap isu lingkungan muncul sejak dia berkuliah di Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsinya berbicara tentang emisi karbon. Menurut Lisa, waktu itu wacana daur ulang masih sebatas pada sampah plastik dan belum menyentuh pakaian bekas. Dia dan kedua sahabatnya lalu mendirikan GombalProject.id. Komunitas ini memiliki misi mengedukasi masyarakat bahwa pakaian bekas tak terpakai bisa menjadi barang baru.
Lisa belajar mendaur ulang pakaian bekas secara otodidaktik melalui YouTube. Berbekal mesin jahit tua di rumahnya, Lisa belajar membuat pola dan menjahit pakaian bekas menjadi tas. Produk tersebut kemudian dijual di GombalProject.id.
Menurut Lisa, permintaan orang untuk mendaur ulang baju bekas semakin meningkat dalam dua tahun terakhir. Sejak GombalProject.id aktif berkampanye di media sosial seperti Instagram dan di kampus-kampus, peminat produk GombalProject semakin bertambah.
Pada 2020, komunitasnya mulai mengolah baju bekas secara terbatas untuk dibuat menjadi tas belanja dan tote bag. Setiap enam bulan sekali, mereka menjahit baju-baju bekas itu. Semula, mereka menerima semua jenis baju bekas.
Belakangan, komunitas itu mengevaluasi pola kerjanya karena baju bekas yang diterima kian menumpuk dan tak terkendali. Padahal komunitas itu tidak punya ruang khusus untuk menampung baju bekas. Lisa menggunakan kamarnya dan ruang tamu untuk menampung baju-baju bekas tersebut.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo