Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Bolak-balik Didebat dan Diuji, Blok Masela Tetap Floating LNG

Menurut Aussie, Kementerian ESDM berkali-kali melibatkan pihak ketiga untuk menguji konsep pengembangan Blok Masela.

2 Januari 2016 | 16.39 WIB

Deputi pengendalian perencanaan SKK Migas, Aussie B Gautama. TEMPO/Imam Sukamto
Perbesar
Deputi pengendalian perencanaan SKK Migas, Aussie B Gautama. TEMPO/Imam Sukamto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Deputi Pengendalian Perencanaan Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Aussie Gautama mengatakan rencana pembangunan kilang gas alam cair (LNG) Blok Masela telah lama didiskusikan. Perdebatan pada masa dulu pun tidak kalah sengit dengan sekarang.

"Lapangan Masela telah didiskusikan sejak ditemukan tahun 2000. Perdebatan on shore atau off shore sudah terjadi pada 2008 sampai 2010, dan cukup sengit," kata Aussie dalam diskusi Gaduh Blok Masela di Jakarta, Sabtu, 2 Januari 2016.

Aussie menceritakan pengembangan ladang gas Masela yang terletak di Laut Arafuru, Maluku, kala itu diusulkan oleh Inpex Corporation. Sebagai operator blok, Inpex mengajukan pembangunan kilang off shore (di laut) dengan kapasitas 4 juta ton per tahun (mtpa). Namun, menurut Aussie, saat itu pemerintah gamang memutuskan.

"Kementerian ESDM pun melibatkan pihak ketiga, yakni dari ITB, ITS, UI, Gamma, dan konsultan asal AS. Rekomendasi mereka adalah floating LNG," katanya.

Aussie melanjutkan, Inpex kembali menyampaikan hasil delineasi yang menemukan cadangan gas di Blok Masela jauh lebih besar ketimbang evaluasi yang dilakukan sebelumnya. Bahkan, menurut Aussie, Inpex mengusulkan untuk membuat kilang berkapasitas 7,5 mtpa.

"Besar betul itu, belum ada di dunia. Kapal untuk meletakkan kilang di atasnya sedang dibuat, dan akan selesai 2018."

Polemik pembangunan kilang LNG Masela di darat atau laut, menimbulkan pro-kontra di tubuh SKK Migas. Bahkan, terdapat dua kubu yang mendukung pengembangan sistem on shore dan off shore.

Namun, ia menegaskan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral berkali-kali melibatkan pihak ketiga untuk menguji konsep pengembangan, dan selalu kembali pada floating LNG.

FRISKI RIANA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Retno Sulistyowati

Retno Sulistyowati

Alumnus Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Bergabung dengan Tempo pada 2001 dengan meliput topik ekonomi, khususnya energi. Menjuarai pelbagai lomba penulisan artikel. Liputannya yang berdampak pada perubahan skema impor daging adalah investigasi "daging berjanggut" di Kementerian Pertanian.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus