Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Tokopedia Melissa Siska Juminto buka suara soal permasalahan predatory pricing atau jual rugi di e-commerce. Menurut dia, persoalan utama praktik predatory pricing bukan pada e-commerce melainkan pada rantai pasoknya (supply chain).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Walaupun kami takedown (turunkan) produknya, sebenarnya penjual-penjual ini ada juga di luaran, di offline (pedagang pasar). Jadi sebenarnya e-commerce hanya salah satu kanal," kata Melissa saat diskusi media di kantor Tokopedia, Jakarta Selatan pada Rabu, 3 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karena itu, Melissa menilai perlu ada kolaborasi antara pihak pengusaha, bea cukai, dan kementerian terkait untuk memecahkan masalah predatory pricing di Tanah Air. Ihwal produk yang dijual dengan harga sangat murah di platform TikTok Shop, yang kini berganti nama jadi Shop Tokopedia, Melissa mengatakan produk tersebut biasanya berupa promo.
Ia mengatakan promo memang kerap dilakukan Tokopedia untuk mendukung usaha mikro, kecil, dan menangah (UMKM). "Tapi kami enggak jor-joran juga karena setiap bisnis rasional lah ya, dengan ekonomi seperti ini, Sustainability (keberlanjutan) tetap nomor satu," tutur Melissa.
Seperti diketahui, TikTok telah berkongsi dengan Tokopedia dan mengintegrasikan sistem belanja dalam platform media sosial tersebut. Sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki berpesan pada Tokopedia untuk menjaga persaingan bisnis yang bisnis.
"Jangan sampai ada lagi praktik predatory pricing karena itu akan memukul UMKM," kata Teten saat ditemui di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat pada Selasa, 28 November 2023.
Teten mengatakan perusahaan harus menghormati pengembangan ekonomi nasional yang tengah diupayakan oleh pemerintah. Ia menekankan pemerintah ingin pelaku industri ekonomi digital mulai menerapkan bisnis model yang berkelanjutan.