Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri, memprediksi ekonomi Indonesia pada 2021 belum akan sepenuhnya pulih seperti 2019. Musababnya, sejumlah sektor masih akan dibayangi pelemahan karena protokol kesehatan masih terus dijalankan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kecuali ada second wave, 2021 akan lebih baik. Tapi, belum kembali ke 2019,” ujar Chatib dalam webinar Katadata, Selasa, 2 Desember 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Chatib, protokol kesehatan masih dilaksanakan karena vaksinasi membutuhkan proses yang panjang. Di samping itu, distribusinya ke seluruh Indonesia memiliki tantangan yang besar. Menilik kondisi tersebut, untuk menekan penyebaran virus Corona, masyarakat pun harus melakukan antisipasi seperti saat ini yang berimbas pada kondisi ekonomi.
Chatib menjelaskan, sumber pertumbuhan ekonomi pada tahun depan masih akan ditopang dari sisi domestik. Pertumbuhan didorong oleh investasi dalam negeri dan konsumsi.
Dari sisi investasi, ia memperkirakan dunia usaha belum banyak melakukan ekspansi karena kapasitas produksinya belum optimal. Selama pemerintah belum dapat menangani pandemi, protokol kesehatan terus dilakukan sehingga akan berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan dunia usaha.
Untuk mencapai break event point atau titik impas, hotel, misalnya, harus memenuhi okupansi hingga 46 persen. Sedangkan restoran 68 persen. Padahal di saat yang sama, kapasitas pengunjung dibatasi sampai 50 persen untuk mencegah penularan Covid-19.
Jika melakukan ekspansi, perusahaan pun berisiko menjadi zombie company. “Untuk apa nambah investasi kalau yang ada, existing capacity, enggak terpakai,” katanya.
Padahal secara paralel, bila investasi naik, konsumsi juga akan terpengaruh positif. Sebaliknya, bila konsumsi naik, investasi pun akan meningkat. Chatib pun menyarankan pemerintah terus menjaga konsumsi agar pertumbuhan ekonomi tetap berlangsung.
“Jump start-nya harus di stimuls fiskal,” kata Chatib.
Di sisi lain, Chatib mengatakan dunia usaha harus mulai melakukan transformasi bila ingin bertahan di masa pandemi. “Mereka yang bisa survive adalah yang bisa transformasi, seperti ke dunia digital,” tuturnya.