Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat kelas menengah Indonesia kian memangkas pengeluaran untuk asuransi seiring dengan menurunnya daya beli, menurut survei Inventure 2024 tentang Indonesia Market Outlook 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Edy Tuhirman, Wakil Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), membeberkan bagaimana cara agar masyarakat dengan gaji sesuai upah minimum regional atau UMR (sekarang upah minimum provinsi atau UMP) tetap bisa menyisihkan uang untuk asuransi kesehatan.
Edy mengatakan penyisihan upah untuk asuransi kesehatan memang tergantung dari kemampuan masing-masing individu. “Kalau gaji UMR, yang paling utama adalah (sisihkan uang) untuk hidup dulu,” kata dia di acara Indonesia Industry Outlook (IIO) 2025 Conference yang berlangsung secara daring pada Jumat, 25 Oktober 2024.
Meski demikian, ia berkata, tiap individu bisa memutuskan untuk hidup hemat. Harapannya, paling sedikit 10 persen dari dana masing-masing orang bisa disisihkan untuk kebutuhan jangka panjang. “Asuransi adalah bagian dari jangka panjang itu,” tuturnya.
Hasil survei Inventure 2024 tentang Indonesia Market Outlook 2025 menunjukkan adanya 49 persen kelas menengah yang mengalami penurunan daya beli, sedangkan 51 persen mengatakan tidak merasa menurun daya belinya.
Di tengah daya beli menurun, survei itu menemukan kelas menengah mulai mengurangi pengeluarannnya, termasuk untuk kategori asuransi.
Produk asuransi yang paling besar dipangkas dan prioritas dipangkas adalah asuransi gawai dan asuransi perjalanan. Sementara, produk asuransi paling kecil dipangkas dan proritas tidak dipangkas adalah asuransi pendidikan.
Untuk asuransi kesehatan, 43 persen kelas menengah merasa cukup menggunakan asuransi kesehatan BPJS, tanpa asuransi kesehatan swasta. Sementara 11 persen memangkas pengeluaran asuransi di luar BPJS dan 10 persen menghentikan pengeluaran asuransi di luar BPJS.
Dalam hitung-hitungan kasar, Edy mencontohkan, jika seseorang menerima gaji Rp 5 juta per bulan, ia bisa membeli premi asuransi 10 persen dan membayar Rp 500 ribu per bulan. “Amit-amit kalau terjadi apa-apa, keluarga bisa terima Rp 50 juta,” ucapnya.
Ahli asuransi dan perbankan itu lantas mengimbau agar masyarakat memangkas pengeluaran untuk kebutuhan non-primer demi diri sendiri dan keluarga.
“Mungkin kita harus berpikir, rokoknya dikurangin kali, kopinya dikurangin kali, mending kurangin hal-hal yang seperti itu, ke yang lebih penting,” ujarnya. “Karena cinta kita ke diri sendiri dan keluarga kita, mungkin kita harus berkorban.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini