Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Nanang Hendarsah, memaparkan sejumlah strategi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Dia mengatakan saat ini di tengah tren menguatnya kembali dolar Amerika Serikat dan pelemahan mata uang regional, rupiah tetap terjaga stabil.
Baca: Sandiaga Jual Saham Lagi, Analis: Gerak Saham SRTG Acak
"Bank Indonesia berada di pasar untuk memastikan ketersediaan likuiditas DNDF dan melakukan intervensi di pasar spot dalam jumlah yang sangat terukur," kata dia Nanang melalui aplikasi percakapan, Whatsapp, Jumat, 12 April 2019.
Bank Indonesia, kata Nanang, juga tetap siaga untuk memastikan kestabilan pasar Surat Berharga Negara atau SBN terutama bila terjadi arus modal keluar yang dapat memicu pelemahan rupiah.
Dia mengatakan kapasitas BI untuk membeli SBN di pasar sekunder sangat besar. Namun, menurut Nanang bila masuk pasar tetap, dilakukan dengan terus menjaga price discovery yang efisien dan daya saing imbal hasil SBN agar tetap menarik bagi arus modal masuk.
Saat ini, kata Nanang, dolar AS menguat terhadap seluruh mata uang G10 dan emerging currencies, karena semakin panjangnya ketidakpastian Brexit. Hal itu memicu kembali pelemahan nilai tukar Euro.
Nanang mengatakan, penguatan dolar juga ditopang oleh naiknya kembali yield US Treasury bond, merespons rilis data indeks harga produsen atau PPI AS bulan Maret. Selain itu, tunjangan pengangguran (Inital Jobless Claims) yang merosot ke level terendah sejak 1969, cukup meredakan kekhawatiran potensi perlambatan ekonomi AS.
Baca: Cadangan Devisa Naik, Rupiah Tetap Melemah
Menurut Nanang, Bank Indonesia juga tetap memastikan likuiditas Rupiah yang cukup di pasar melalui operasi moneter ekspansi yaitu lelang Term Repo dan Forex Swap. "Lelang kedua instrument ini sudah terjadwal dalam enam bulan ke depan sehingga perbankan memiliki kepastian untuk mengakses likuiditas ke bank sentral bila diperlukan dengan memperhatikan proyeksi likuiditas bank," ujar dia.
HENDARTYO HANGGI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini