Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

HoA Blok Masela Diteken, Produksi Gas Dipatok 10,5 Juta Ton

Dari pengembangan Blok Masela ini, Indonesia juga akan mendapatkan bagi hasil dari produksi Lapangan Abadi antara 50-59 persen.

16 Juni 2019 | 11.10 WIB

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto bersalaman dengan Presiden dan CEO Inpex-Masela Shunichi Sugaya setelah penandatanganan perjanjian pengembangan ladang gas Blok Masela di Hotel Prince, Karuizawa, Nagano, Jepang, Sabtu 16 Juni 2019. Penandatanganan perjanjian di sela-sela pertemuan G20 itu disaksikan Menteri ESDM Ignasius Jonan, Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang Hiroshige Seko, serta CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda . TEMPO/Jajang Jamaludin
Perbesar
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto bersalaman dengan Presiden dan CEO Inpex-Masela Shunichi Sugaya setelah penandatanganan perjanjian pengembangan ladang gas Blok Masela di Hotel Prince, Karuizawa, Nagano, Jepang, Sabtu 16 Juni 2019. Penandatanganan perjanjian di sela-sela pertemuan G20 itu disaksikan Menteri ESDM Ignasius Jonan, Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang Hiroshige Seko, serta CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda . TEMPO/Jajang Jamaludin

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kesepakatan pokok (Head of Agreement atau HoA) pengembangan Lapangan Gas Abadi di Blok Masela, Maluku akhirnya ditandatangani oleh SKK Migas dan Inpex Corporation di Karuizawa, Jepang, Ahad pagi, 16 Juni 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesepakatan setelah 20 tahun proses negosiasi tersebut disaksikan langsung oleh Menteri ESDM Ignasius Jonan dan Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang Hiroshige Seko. Naskah HoA ditandatangani oleh Ketua SKK Migas Dwi Sutjipto, President & CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda, dan CEO Inpex Masela Ltd Shunichi Sugaya di tengah pertemuan para menteri energi dan lingkungan negara-negara G20.

Menteri Jonan mengatakan HoA ini menjadi momentum masuknya investasi besar bagi Indonesia. Kedua pihak bersepakat untuk memulai pengembangan dengan produksi 9,5 ton per tahun ditambah dengan penyaluran gas melalui pipa untuk pembangunan petrokimia di dekat lokasi pendaratan gas sebesar 1 juta ton per tahun.

“Indonesia juga akan mendapatkan bagi hasil dari produksi Lapangan Abadi antara 50-59 persen, tergantung proses dan hasil produksi,” kata Jonan, Ahad, 16 Juni 2019.

Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto menambahkan, kesepakatan meliputi keekonomian proyek, kontrak kerja sama, jumlah produksi, dan nilai pengembalian investasi. Kesepakatan pokok ini adalah payung bagi dimulainya investasi migas laut dalam terbesar di Indonesia.

Terkait dengan keekonomian proyek, Inpex telah menyampaikan draf POD Revisi 1 pada 16 November 2018 ke SKK Migas dengan perhitungan biaya berdasarkan hasil Pre-FEED. Proposal keekonomian proyek sudah didiskusikan antara SKK Migas, Inpex, dan Menteri ESDM pada 6 Mei 2019.

Untuk kontrak kerja sama, Inpex akan mendapatkan penambahan waktu. Selain itu, perusahaan asal Jepang ini juga mendapatkan surat perpanjangan pengelolaan 20 tahun untuk proyek yang akan menelan investasi US$ 20 miliar tersebut.

Pemegang Participating Interest di Blok Masela yaitu Inpex Masela Ltd. dengan 65 persen dan Shell Upstream Overseas Services dengan 35 persen. Cadangan gas Lapangan Abadi di Blok Masela diperkirakan sebesar 18,54 TCF (sertifikasi Lemigas 2018) dengan rencana produksi (gross) 1.750 MMSCFD dengan plateau rate 20 tahun.

Dwi Sutjipto enggan menyebutkan berapa nilai pengembalian proyek (investment rate return) Blok Masela ini. Namun, dari sumber mengetahui perundingan ini, disebutkan angka 15 persen. Tingkat pengembalian tersebut setara dengan pengelolaan Lapangan Gas Jangkrik di Selat Makassar.

BISNIS

 

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus