Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tidak semua barang atau makanan yang diulas oleh para Youtuber hanya memiliki kelebihan. Tentu ada beberapa barang yang memiliki kekurangan yang penting untuk diketahui masyarakat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tentu tidak mudah bagi para youtuber ini bercuap-cuap tentang keburukan barang atau makanan yang sedang mereka ulas. Intip beberapa pengalaman mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beauty Vlogger dengan akun Ini Vindy, mengulas dengan memberikan informasi kepada penonton ihwal kelebihan dan kekurangan produk face palette tersebut. Dengan aksen Jawa yang kental, ia me-review produk riasan wajah itu, termasuk harga di pasar.
Saluran Ini Vindy sudah memiliki sekitar 1,6 juta pelanggan (subscriber) di YouTube. Akun Instagramnya pun sudah diikuti 367 ribu pengikut. Sebagai beauty vlogger di platform digital, Vindy memberi ulasan mengenai aneka produk tata rias di salurannya itu.
Vindy, 34 tahun, mulai menjadi beauty vlogger sejak 2012 melalui medium blog. Ia kemudian beralih ke medium audio visual di YouTube sejak 2014. Awalnya, ia membuat saluran YouTube sebagai persyaratan mengikuti lomba blog. Video pertama yang diproduksinya mengenai tutorial hijab.
Benarkah para pengulas atau yang lazim disebut reviewer ini sering tak jujur dalam mengulas suatu produk? Vindy mengatakan, para pengulas itu bukannya memberi informasi palsu, melainkan biasanya berusaha membuka sisi baik dari produk itu. Para pengulas, kata Vindy, memiliki batasan masing-masing dan klien menyetujui hal itu. "Aku, misalnya, tak boleh me-ngucapkan sesuatu yang tak sesuai dengan apa yang aku rasakan."
2. Hotel Vlogger
Salah seorang pengulas hotel berbintang adalah Kevin Helmy, 22 tahun. Ia cukup dikenal di platform Instagram dengan pengikut berjumlah 73,6 ribu per 21 Agustus 2019. Ia memakai nama Kepin Helmy di Instagram dengan alasan agar masyarakat mudah menemukannya dibanding memakai nama Kevin.
Bagaimana cara Kevin bersiasat mengungkapkan nilai plus dan minus sebuah produk atau hotel? "Saya menghaluskan (kata-kata). Saat ini tidak ada ulasan jelek," kata dia.
3. Food Vlogger
Jumlah subscriber lebih dari 1 juta juga menghampiri saluran YouTube bernama Ken & Grat. Saluran ini dikelola sepasang kekasih, Kenneth Chandra dan Gratiana Lianto, yang gemar berburu santapan kuliner di Jakarta. Berkat hobinya itu, mereka kini memiliki 1,4 juta subscriber di YouTube.
Ken menjelaskan, kontennya berfokus mengulas makanan dari sisi rasa dan dari semua harga. Ia tak membatasi hanya mengulas street food atau restoran mahal. Mereka pernah menghabiskan uang sebesar Rp 5 juta untuk menyantap menu steak di Jakarta. "Kalau (restoran) yang Rp 1-2 juta lumayan sering, apalagi yang murah," katanya pada Kamis pekan lalu.
Ken & Grat, kata dia, berfokus mengulas kualitas sajian kuliner dari segi rasa dan presentasi. Mereka ingin berbeda dari tayang-an street food atau konten makan banyak yang biasa disebut mukbang.
Grat mengatakan, dia dan Ken selalu berusaha memberikan ulasan yang jujur meski di sisi lain mereka tak ingin menyerang bisnis orang lain. Mereka berhati-hati dalam memilih kata-kata yang hendak disampaikan kepada penonton. Ken dan Grat selalu menyampaikan bahwa apa yang mereka review merupakan pendapat pribadi dan tak mewakili siapa-siapa.
Keduanya tak menampik bila mendapat undangan dari pengelola restoran. Tapi mereka menegaskan memiliki kurasi tersendiri terhadap setiap undangan. "Kalau kami tahu itu tak enak, kami enggak bakal datang. Walau dibayar juga tak mau," ucap Ken.
4. Gadget Vlogger
Kanal Droidlime di YouTube adalah saluran yang mengulas berbagai hal mengenai gawai, dari smartphone, smartwatch, laptop, hingga konsol game. Pengeluaran mereka dalam setahun mencapai Rp 100-200 juta, sebuah angka yang cukup fantastis.
Co-founder Droidlime, Romi Hidayat, mengatakan pengeluaran sebesar itu untuk membeli sejumlah gawai yang tidak dirilis di Indonesia. Ia dan timnya biasa membeli sejumlah gawai sampai ke Hong Kong, Cina, Singapura, dan India. Misalnya saja ulasan tentang Asus Zenfone 6 yang belum rilis di Indonesia. Mereka mendapatkannya di India.
Etika mengulas, Droidlime akan memberitahukan kelebihan dan kekurangan gawai. Perbedaan mereka dengan pengulas gawai lain ada pada talent. Mereka memilih seorang perempuan sebagai reviewer. Mereka juga hanya memajang du-rasi tayangan 5-10 menit. "Yang hobi gadget itu biasanya laki-laki, kami kemas dengan reviewer perempuan agar segar dan tetap bisa fokus ke produk," ujar Romi, Rabu lalu.
Bagi Romi, obyektivitas adalah kunci untuk membuat penonton loyal terhadap konten yang mereka buat. Ia mengatakan, penonton di Indonesia sudah paham mana ulasan yang obyektif dan mana yang tidak. "Kalau yang penting duit, besok-besok penonton akan tersadar dan meninggalkan tayangan itu." Pernah suatu kali, kata Romi, ada pemilik produk yang memprotes dan meminta video itu dihapus. Mereka menolak menghapusnya dan, imbasnya, mereka tak mendapat bayaran.