Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Kemenko Perekonomian Sebut Otomasi akan Gantikan Tenaga Kerja Konvensional: Manusia

Kemenko Perekonomian mengatakan otomasi akan banyak menggantikan tenaga kerja manusia konvensional.

12 Juni 2024 | 21.00 WIB

Ilustrasi kecerdasan buatan atau AI. Dok. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi kecerdasan buatan atau AI. Dok. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Asisten Deputi Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) Chairul Saleh mengatakan otomasi akan banyak menggantikan tenaga kerja manusia konvensional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Menurutnya, pemerintah selama ini mendorong sektor padat karya untuk tenaga kerja di Indonesia. Namun, ke depan, Chairul menyebut pemerintah mendukung digitalisasi, meski tentunya hal tersebut memiliki konsekuensi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kita tidak bisa menolak dari perkembangan ekonomi digital, karena ini sudah menjadi keniscayaan,” ujarnya si Media Center Gedung Ali Wardhana Lantai 1, kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta. Rabu 12 Juni 2024.

Chairul menyebut sumber daya manusia Indonesia harus menyiapkan diri terhadap perkembangan ekonomi digital.

“Penyiapan SDM yang berkaitan dengan pendidikan, kemudian pemberdayaan tenaga kerja, dan membangun nilai-nilai budaya long-life learning,” katanya.

Selanjutmya: Chairul menegaskan pendidikan formal maupun informal....

Chairul menegaskan pendidikan formal maupun informal, semuanya perlu meningkatkan kemahiran untuk mencapai sasaran. “Angkatan kerja kita hampir 140 juta. Impact (dampak) dari potensi bonus demografi kita, yang puncaknya (pada) 2030,” katanya.

Menurut Chairul, produktivitas tenaga kerja mesti tumbuh, agar Indonesia bisa keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah atau middle income trap.

“Strateginya kita mulai dengan merevitalisasi pendidikan kita. Utamanya vokasi untuk saat ini. Tenaga kerja kita saat ini, kan masih banyak yang pendidikan menengah ke bawah,” ujarnya. Sehingga, menurut Chairul, saat ini hanya pendidikan kejuruan atau vokasi yang lebih siap kerja.

Chairul menyebut perlu ada satu pendekatan yang terekosistem dan kolaboratif. Dia mengajak pelaku usaha maupun industri untuk memberikan masukan agar bisa mengembangkan sumber daya yang tepat sehingga sesuai dengan kebutuhan industri.

“Dari tenaga kerjanya, juga harus kita siapkan untuk shifting. karena semua akan terjadi gitu, ya. otomatisasi di sini,” ucapnya.

MOCHAMAD FIRLY FAJRIAN

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus