Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) mulai melakukan uji coba credit scoring yang memungkinkan debitur dapat mengakses Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga Rp 500 juta tanpa agunan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Deputi Usaha Mikro Kemenkop UKM Yulius mengatakan skema credit scoring ini dapat menurunkan kemungkinan gagal bayar nasabah hingga 4 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Kalo kita pakai credit scoring, jangkauannya akan naik dan NPL (non performing loan alias kredit bermasalah) akan berkurang 4 persen. ini berdasarkan uji coba kita,” kata Yulius dalam konferensi pers Peningkatan Akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) UMKM dengan Credit Scoring di kantor Kemenkop UKM, Jakarta, Jumat, 19 Januari 2024.
Yulius menjelaskan, uji coba skema credit scoring sudah dilakukan di lembaga keuangan. “Itu sebelum dan sesudahnya ada peningkatan kualitas kreditnya, di NPL-nya itu penurunan 4 persen,” tuturnya.
Dengan begitu, kata Yulius, penggunaan skema credit scroing dapat mengoptimalkan persetujuan pinjaman dan menjaga NPL tetap pada tingkat yang diterima pemerintah.
“Beberapa riset menunjukan credit scoring dapat meningkatkan persetujuan sebesar 10 persen,” ucapnya.
Selamjutnya: Lebih lanjut, penggunaan model credit scoring ini dapat meningkatkan....
Lebih lanjut, penggunaan model credit scoring ini dapat meningkatkan approval dan menjaga resiko, sehingga credit scoring dapat menjangkau penyaluran kepada UMKM yang unbankable atau tidak dapat mengakses pembiayaan bank. “Jadi meningkatkan perluasan distribusi KUR,” kata Yulius.
Selain itu, credit scoring akan dilengkapi dengan data-data alternatif yang menggambarkan behavior UMKM tersebut secara lebih tepat, sehingga meningkatkan kepercayaan perbankan dan dapat memberikan pinjaman tanpa perlu agunan tambahan.
Adapun data-data alternatif tersebut, yakni data jaminan sosial (BPJS), data penggunaan listrik, data transaksi e-commerce, data media sosial, data perpajakan, dan data lain tersedia dari Sistem Satu Pintu (SSO).
Penggunaan data alternatif dalam credit scoring, kata Yulius, juga dapat meningkatkan prediksi risiko gagal bayar untuk nasabah baru yang belum pernah akses kredit perbankan.
Saat ini, beberapa Bank dan Fintech sudah menggunakan credit scoring untuk menambahkan penyaluran kredit kepada konsumen, namun masih belum optimal.
Untuk meningkatkan penyaluran KUR, Fintech dan Koperasi akan didorong untuk lebih aktif menjadi penyalur pinjaman KUR kepada UMKM.