Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Belgapom (Federasi perdagangan dan industri pengolahan kentang Belgia) Romain Cools menuturkan pihaknya fokus memperluas pasar kentang kentang olahan ke Indonesia. Cools mencatat ada pertumbuhan signifikan untuk produk kentang olahan ke Indonesia pada 2018 menjadi 18 ribu ton, dari tahun sebelumnya yang hanya 9 ribu ton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pasar olahan kentang memang kebanyakan berasal dari Amerika Utara karena adanya restoran cepat saji yang sudah hadir lebih dulu. Namun, kami yakin ada potensi besar untuk memperluas pasar di sini," tutur Cools kepada Tempo saat dijumpai di Jakarta beberapa waktu lalu, seperti dilansir di Koran Tempo, edisi Senin 25 November 2019.
Menurut dia, kesadaran konsumsi kentang olahan terus tumbuh di Indonesia karena populasi orang muda yang sadar akan kualitas hidup mulai berubah di beberapa bagian negara. Belum lagi, kata dia, jumlah kalangan kelas menengah terus tumbuh. Selain itu, orang dengan pendidikan, pekerjaan, pendapatan lebih tinggi juga dalam tren naik.
"Industri juga didukung oleh kegemaran masyarakat untuk melakukan perjalanan (travelling) dan mencari pengalaman berbeda," ujar Cools.
Meski begitu, Cools mengatakan bahan baku produk kentang olahan belum bisa dipenuhi di Indonesia lantaran iklim yang masih relatif panas dan luas area lahan yang belum memadai. Hal tersebut membuat perusahaan kentang olahan asal Belgia masih berpikir panjang untuk membangun pabrik di tanah air.
Pasalnya, kata dia, jika ingin membangun industri kentang olahan yang kompetitif, perusahaan harus bisa membangun pabrik yang bisa bekerja selama 365 hari dalam setahun, 7 sehari, 24 jam.
"Produksi kami tidak pernah berhenti bekerja, kecuali hanya untuk perawatan besar-besaran. Jika kami mempunyai pabrik di sini, tapi tidak bisa produksi maka kami akan kehilangan uang karena mesin tidak bekerja," ujar Cools.