Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Logistik dan Pengembangan Usaha PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Ogi Rulino khawatir Indonesia dibanjiri baja paduan impor dari Cina akibat pengenaan bea masuk baja dan aluminium oleh Amerika Serikat. Kebijakan AS itu dikhawatirkan membuat Cina mengalihkan produk baja paduan ke Asia terutama Indonesia sebagai pasar pengganti AS.
"Yang kami takutkan ketika Cina mengekspor baja paduan ke Indonesia yang seharusnya pakai bea masuk, tapi tidak mereka bayar," katanya dalam jumpa pers seusai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan di Jakarta, Rabu, 18 April 2018.
Baca juga: Krakatau Steel Targetkan Volume Penjualan Naik 40 Persen Tahun Ini
Kondisi tersebut tentu akan merugikan negara karena baja paduan yang biasa digunakan untuk rel dan alat berat itu terbebas dari bea masuk. Belum lagi kenyataan bahwa produk tersebut belum bisa diproduksi di Indonesia. "Itu yang harus kita basmi bersama," katanya.
Ogi menjelaskan khusus untuk produk baja, kebijakan AS dinilai tidak terlalu mengkhawatirkan bagi perseroan karena takut dikalahkan Cina dalam memperebutkan pangsa pasar negara adi daya itu.Pasalnya, Cina memang tidak banyak mengekspor baja ke negeri Paman Sam.
"Cina ekspor ke AS memang tidak banyak. Kalau tidak salah (posisinya) keenam atau tujuh. Hanya sekitar 5 juta ton. Jadi kekhawatiran baja Cina masuk ke negara berkembang tidak relevan lagi," katanya.
Direktur Pemasaran Krakatau Steel Purwono Widodo mengatakan ada banyak tantangan yang mungkin dihadapi perseroan pada tahun ini. Salah satunya mewaspadai dampak dari pengenaan bea masuk baja dan aluminium oleh Amerika yang berpengaruh pada kemungkinan membanjirnya produk baja China ke Asia terutama Indonesia.
"Kami berharap pemerintah bisa mengambil tindakan dan melindungi baja lokal dari perdagangan tidak adil itu. Salah satu bentuk perlindungan itu dengan menegakkan aturan-aturan peningkatan penggunaan produksi dalam negeri (P3DN) dan prasyarat tingkat komponen dalam negeri (TKDN)," kata Direktur Pemasaran Krakatau Steel tersebut.
ANTARA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini