Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Liem & partner di krakatau steel

Pengusaha leim sioe liong dan kelompoknya menandatangani pinjaman dari l.n untuk proyek pt cold rolling mill indonesia (crmi), pabrik baja cilegon adalah patungan antara krakatau steel dengan crmi. (eb)

9 Juli 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENGANGKAT gelas champagne tinggi-tinggi ke arah bankir, wajah Liem Sioe Liong nampak cerah. Padahal, selama hampir tiga jam pengusaha terkemuka yang memimpin Liem Investors itu kelihatan sibuk meneken kontrak seluruh dokumen pinjaman untuk PT Cold Rolling Mill Indonesia (CRMI) di salah satu ruangan besar Hotel Mandarin, Hong Kong, pekan lalu. Jumlah utang komersial dan kredit ekspor yang berhasil diperoleh dari luar negeri untuk membiayai pendirian pabrik baja tipis penggilingan dingin itu berjumlah US$ 552 juta. Hari itu banyak mata memperhatikan Liem Sioe Liong. Maklum, beberapa hari sebelum penandatanganan kontrak proyek raksasa yang akan dibangun di kompleks baja Cilegon, Jawa Barat, komisaris utama Bank Central Asia itu telah 'dinobatkan' sebagai salah satu dari 12 bankir terkaya di dunia oleh majalah AS Institutional Investor (TEMPO, 2 Juli). Keberhasilan Liem, komisaris utama PT CRMI, menarik kredit segede itu di saat sulit seperti sekarang, menimbulkan pertanyaan juga di saat Pemerintah RI melakukan pentahapan kembali (rephasing) sejumlah proyek besar, dengan cara menunda pelaksanaan proyek-proyek yang belum maupun sudah ditandatangani kontraknya. "Saya merasa bangga, di saat resesi ekonomi dunia, saya ternyata masih dipercaya," kata Liem Sioe Liong kepada TEMPO, sesaat setelah penandatanganan yang berlangsung sekitar dua jam itu. Liem dan kelompoknya boleh saja bangga. Tapi keberhasilan memperoleh pinjaman besar dari luar negeri itu agaknya ikut ditunjang dengan ikutnya perusahaan negara PT Krakatau Steel di situ, dengan Direktur Utama Tungki Ariwibowo. Seluruh pembiayaan pabrik baja tipis diperkirakan akan menelan US$ 800 juta. Dari jumlah itu, pinjaman sindikasi yang mengalir dari perbankan internasional berjumlah US$ 218 juta, dengan bunga 10,75% setahun. Atau 1,25% di atas tingkat bunga antarbank di London (Libor), yang kini mencapai 9,5% per tahun. Tapi oleh Liem, tingkat bunga itu dipandang "cukup baik". Pendapat serupa juga dikemukakan David R.M. Henderson, asisten direktur Asia Pacific Capital Corp., anak Citibank Cabang Hong Kong, koordinator utama (lead manager) kredit sindikasi itu. "Masuk akal, jika dikaitkan dengan proyek itu sendiri," kata Henderson. Ada 19 bank yang turut menyediakan kredit komersial itu -- suatu jumlah yang tak begitu banyak jika dibandingkan dengan yang biasa terjadi di saat masih banjirnya petro dollar. Dari jumlah 218 juta dollar tadi, Asia Pasific Capital menyisihkan pinjaman US$ 31 juta. Sedang Bank Negara Indonesia menyediakan US$ 25,2 juta. Suatu rekor pinjaman yang pernah diberikan BNI 1946 selama ini. Kenapa BNI begitu berani? "Karena proyek ini punya prospek baik," kata Somala Wiria. Direktur utama BNI 1946 itu agaknya melihat jauh. Menurut Somala, "begitu pabrik itu selesai dibangun, kebutuhan akan baja lembaran tipis akan besar sekali." Pabrik itu sendiri menurut rencana akan mulai dibangun pertengahan tahun ini juga, dan akan selesai pada tahun 1986. Indonesia diperkirakan akan membutuhkan 1 juta ton lebih baja tipis pada 1985 -- sebagian besar untuk dipakai industri otomotif. Kalau pabrik itu benar akan selesai pada 1986, baja lembaran tipis yang akan mengalir dari Cilegon diduga akan mencapai 850 ribu ton. Sampai sekarang industri otomotif umumnya menggunakan baja lembaran tipis buatan Nippon Steel. "Kami memang akan bersaing keras dengan Nippon Steel," kata Liem Sioe Liong. Siapa yang akan keluar sebagai pemenang dalam persaingan itu akan kita lihat nanti. Tapi beberapa swasta Jepang kabarnya menolak ketika ditawari oleh Krakatau Steel untuk ikut berkongsi dalam CRMI. "Mereka nampaknya kurang serius," kata seorang peserta. Partner Krakatau Steel yang serius akhirnya muncul dari dalam negeri: Kelompok Liem Sioe Liong, diwakili oleh konsorsium PT Kaolin Indah Utama, pemegang saham utama PT Bogasari Flour Mill, punya Liem Sioe Liong dan Djuhar Utama Sutanto, kongsi Liem yang kekal. Partner swasta yang lain adalah Metropolitan Group yang dipimpin pengusaha tanah dan bangunan (real estate) terkenal, Ciputra. Andil Krakatau Steel dalam CRMI cukup besar: 40%, dan kedua kelompok swasta itu juga 40%, sedang sisanya, sekitar 20%, dipegang Sestiacier SA, Luxemburg. Dengan demikian, di dalam proyek itu, penyertaan pemerintah melalui Krakatau Steel diperkirakan akan mencapai US$ 100 juta. Beberapa pengamat menilai ikutnya PT Krakatau Steel dan bank pemerintah BNI 1946 setidaknya merupakan semacam jaminan bagi konsorsium bank asing yang memberikan pinjaman. Sehingga, kalau saja kelak proyek itu macet, Bank Indonesia terpaksa akan tampil sebagai deking. Tapi anggapan begitu, yang mengingatkan orang pada krisis Pertamina dulu, rupanya tak berlaku lagi sekarang. Kalau, misalnya, perusahaan itu kelak menderita kesulitan membayar utang (default), risiko nampaknya harus dipikul oleh pemberi kredit. "Ketentuan itu sudah lama berlaku buat badan usaha milik negara, dan perusahaan swasta," kata Gubernur BI Arifin Siregar baru-baru ini kepada TEMPO. Selain dari pinjaman komersial, pabrik raksasa itu juga akan dibiayai dengan kredit ekspor (berupa mesin) dari Prancis dan Spanyol sejumlah US$ 334 juta, berbunga 7,75% dan 8,75% setahun. Maka yang akan bertindak sebagai kontraktor utama pekerjaan sipil dan engineering proyek tersebut adalah Clecim SA dan Creusot Liore Equipments Siderurgiques SA dari Prancis, dan Tehnicas Reunidas SA serta Espanola de Coordinacion y Tecnica Financiera SA dari Spanyol. Kedua Spanyol itu dikenal sebagai kontraktor utama proyek hydrocracker di Dumai. Tak ketinggalan pihak swasta AS, yang di mana pun terkenal punya kebolehan dalam bangun-membangun proyek besar. Untuk itu industri baja US Steel yang tersohor, akan tampil sebagai pengawas manajemen operasional. Sedang bahan baku baja untuk CRMI, akan datang dari pabrik Hot Rolling Mill, Krakatau Steel, yang belum lama berselang diresmikan oleh Presiden Soeharto. Jika segalanya kelak berjalan lancar mudah-mudahan -- akan lengkaplah agaknya "industri baja terpadu" seperti diimpikan Ariwibowo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus