Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

LinkAja Lebih Pilih Kembangkan Layanan dan Ekosistem Ketimbang Bakar Duit

LinkAja, layanan pembayaran dan dompet digital milik BUMN, mengembangkan layanan dan ekosistem keuangan digital.

28 November 2020 | 22.20 WIB

Penumpang memindai kode batang tiket dari gawainya di gerbang tiket nirsentuh LRT Jakarta di Stasiun LRT Velodrome, Jakarta, Rabu, 5 Agustus 2020. PT LRT Jakarta menggandeng perusahaan layanan keuangan berbasis digital LinkAja untuk layanan pembayaran tiket nirsentuh. ANTARA/Indrianto Eko Suwarso/
Perbesar
Penumpang memindai kode batang tiket dari gawainya di gerbang tiket nirsentuh LRT Jakarta di Stasiun LRT Velodrome, Jakarta, Rabu, 5 Agustus 2020. PT LRT Jakarta menggandeng perusahaan layanan keuangan berbasis digital LinkAja untuk layanan pembayaran tiket nirsentuh. ANTARA/Indrianto Eko Suwarso/

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - LinkAja, layanan pembayaran dan dompet digital milik BUMN, mengembangkan layanan dan ekosistem keuangan digital. Salah satu tujuannya adalah untuk menghindari aktivitas kegiatan pemasaran yang berlebihan atau ‘bakar duit’.

Chief Marketing Officer (CMO) LinkAja Edward Kilian Suwignyo mengatakan banyaknya jumlah pemain keuangan digital mengharuskan para pemain untuk menawarkan nilai manfaat lebih kepada pengguna.

Ketika tidak membawa nilai manfaat produk yang baik, kata Edward, maka layanan keuangan digital umumnya mengeluarkan insentif lebih untuk membuat pengguna tetap memakai layanan mereka. Dalam jangka panjang, hal ini membuat bisnis perusahaan keuangan digital tidak berkelanjutan.

"Karena itu fokus kami banyak untuk pengembangan kelengkapan ekosistem dan layanan sehingga kami bisa memberikan nilai lebih bagi pengguna,” kata Edward kepada Bisnis.com, Sabtu, 28 November 2020.

Edward menjelaskan salah satu nilai manfaat produk yang ditawarkan LinkAja kepada pengguna adalah kepraktisan satu uang elektronik untuk berbagai pembayaran di ekosistem yang lengkap.

LinkAja menjadi satu satunya yang bisa digunakan untuk pembayaran di sejumlah aplikasi transportasi a.l. Grab, Gojek, Bluebird, Kereta Komuter, Transjakarta, Moda Raya Terpadu (MRT), Lintas Raya Terpadu Jakarta, hingga Railink.

"Sehingga walaupun pengguna menggunakan moda transportasi yang berbeda, cukup hanya satu uang elektronik untuk pembayarannya,” kata Edward.

LinkAja, lanjutnya, juga menjadi satu satunya yang dapat dipakai di Indomaret, Alfamart, Family Mart, Circle K, juga berbagai minimarket lokal lainnya.

LinkAja mencatat pertumbuhan gross transaction value (GTV) di semua lini transaksinya pada periode April ke Oktober 2020. Pasar tradisional daring dan luring mengalami kenaikan terbesar, lebih dari 600 persen. Disusul transaksi di SPBU yang tumbuh 408 persen, transportasi tumbuh 377 persen, offline merchant tumbuh 66 persen, sementara top up Kartu Uang Elektronik tumbuh 20 persen.

Sementara itu, laporan Google, Temasek dan Bain & Company menyebutkan bahwa terjadi peralihan metode pembayaran selama Covid-19. Transaksi pembayaran uang cash turun dari 48 persen sebelum Covid-19 menjadi 37 persen selama Covid-19.

BISNIS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus