Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan mengatakan produksi gas yang siap dijual atau lifting gas melebihi 10-15 persen dari target yang ditetapkan pemerintah.
“Targetnya itu kira-kira 1,1 juta barel setara minyak (barel oil equivalent per day/BOEPD), (di akhir tahun) itu bisa 1,2 juta barel setara minyak (BOEPD),” katanya di kantor Kementerian ESDM, Kamis, 28 September 2017.
Gas menjadi salah satu energi yang berkontribusi lebih terhadap penerimaan negara. Jonan mengklaim, jika digabung secara total antara minyak dan gas, dari segi penerimaan negara mestinya melebihi target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017.
Hingga Agustus 2017, lifting gas bumi tercatat mencapai 1.134 ribu BOEPD. Namun lifting minyak turun tercatat 792 ribu barrel oil per day (BOPD) pada Agustus 2017.
“Lifting targetnya turun, betul, jadi targetnya 815 (BOPD). Sekarang, kira-kira average lifting-nya di bawah 800. Hingga akhir tahun kira-kira di bawah 815 ribu barel kalau minyak,” ujarnya.
Pada 2016, migas tercatat menyumbang Rp 83,83 triliun, sedangkan pada September 2017 sudah mencapai Rp 92,43 triliun. "Mungkin sampai akhir tahun Rp 120 triliun," ucapnya.
Melihat penerimaan migas, yang sejak 2014 terus mengalami penurunan, Jonan mengungkapkan alasannya. Menurutnya, pada 2014, penerimaan total mencapai Rp 320,25 triliun karena pada 2014 harga minyak sangat tinggi, yakni US$ 100 lebih per barel.
“Sekarang, harga minyak rendah, bahkan tahun lalu sampai US$ 38 per barel. Jadi harga komoditas migas dan minerba (mineral dan batu bara) itu mengacu pada harga dunia atau global market price sehingga ini tidak bisa kita kendalikan,” tuturnya.
Sedangkan terkait dengan kuantitas migas yang tidak selalu dapat dikendalikan, Jonan berujar, “Bisa juga (dikendalikan), tapi patut dipahami apa yang diproduksi belum tentu bisa diserap pasar dalam waktu bersamaan, bahkan kadang-kadang kita itu kepikiran jualnya ke mana dalam saat bersamaan.”
Energi minerba tercatat Rp 27,21 triliun pada 2016, sementara pada September 2017 tercatat Rp 25,73 triliun. Bahkan Jonan mengklaim, hingga akhir tahun bisa lebih dari Rp 25 triliun, yaitu mencapai Rp 33 triliun dari target Rp 32 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini