Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Misteri Pilot Ketiga yang Kemudikan Lion Air Sehari Sebelum Jatuh

Malam sebelum jatuh, Lion Air diselamatkan oleh adanya pilot ketiga.

21 Maret 2019 | 11.21 WIB

Keluarga korban kecelakaan pesawat menaburkan bunga di lokasi jatuhnya Lion Air JT 610 di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Selasa, 6 November 2018. Pesawat nahas ini membawa 181 penumpang dan 8 awak saat mengalami kecelakaan. TEMPO/Muhammad Hidayat
Perbesar
Keluarga korban kecelakaan pesawat menaburkan bunga di lokasi jatuhnya Lion Air JT 610 di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Selasa, 6 November 2018. Pesawat nahas ini membawa 181 penumpang dan 8 awak saat mengalami kecelakaan. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Penyebab jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 mulai terungkap. Pesawat nahas itu jatuh sembilan menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta menuju Pangkal Pinang.

BACA: Software Diperbarui, Lion Air Terus Komunikasi dengan Boeing

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Sebelum jatuh, pesawat Lion Air dengan nomor registrasi PK LQP itu terbang dari Bandara Ngurah Rai, Bali ke Jakarta. Pesawat sempat mengalami masalah pada malam sebelum kecelakaan terjadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari Bloomberg yang dikutip Bisnis.com, seorang pilot ketiga menjadi penyelamat dalam penerbangan Lion Air beregistrasi PK LQP. Pilot yang sedang tak bertugas itu menjadi penyelamat seluruh kru dan penumpang setelah mengatasi masalah dalam penerbangan Lion Air PK LQP dari Denpasar ke Jakarta pada 28 Oktober 2018.

Berdasarkan dua orang sumber yang terlibat dalam investigasi kecelakaan Lion Air, pilot tersebut kebetulan menumpang dalam penerbangan dan duduk di kursi cadangan di dalam kokpit. Pilot mampu mendiagnosis masalah dengan tepat dan menonaktifkan sistem kontrol penerbangan yang mengalami malfungsi.

Video: Eksklusif: Kotak Hitam Ungkap Kepanikan Pilot Lion Air JT 610

Pilot meminta kru untuk memutus arus listrik ke motor yang menggerakkan hidung pesawat ke bawah. Pesawat pun berhasil mendarat dengan selamat di Jakarta.

Keesokan harinya, dalam penerbangan dai Jakarta ke Pangkalpinang, pesawat tersebut disebut mengalami masalah yang sama dan jatuh di Laut Jawa, menewaskan seluruh 189 orang di dalamnya.

Fakta ini menjadi petunjuk baru dalam penyelidikan kecelakaan pesawat Boeing 737 Max 8 milik Lion Air. Hasil penyelidikan awal pada kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines pun menunjukkan adanya kemiripan dengan kecelakaan Lion Air.

Kehadiran pilot ketiga ini belum pernah diungkapkan sebelumnya oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Lion Air, serta Boeing. "Semua data dan informasi yang kami miliki di penerbangan dan pesawat telah diserahkan ke KNKT. Kami tidak dapat memberikan komentar tambahan pada tahap ini karena penyelidikan yang sedang berlangsung atas kecelakaan itu," kata juru bicara Lion Air Danang Prihantoro melalui telepon, seperti dikutip Bloomberg.

Laporan KNKT mengatakan pesawat mengalami beberapa kegagalan pada penerbangan sebelumnya dan belum diperbaiki dengan benar.

Perwakilan untuk Boeing KNKT menolak untuk mengomentari penerbangan sebelumnya. Sistem keamanan yang dirancang agar pesawat tidak naik terlalu curam mengalami stall, telah diawasi oleh penyelidik kecelakaan Lion Air, serta kecelakaan Ethiopian Airlines.

Sensor yang rusak diyakini telah membuat komputer pesawat Lion Air berpikir bahwa pesawat perlu menurunkan hidung secara otomatis untuk menghindari stall.

Sejak 13 Maret, regulator penerbangan AS (FAA) melarang operasi seluruh pesawat Boeing 737 Max setelah ditemukannya kemiripan masalah pada kecelakaan Ethiopian Airlines 10 Maret lalu dengan kecelakaan Lion Air.

BISNIS

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus