Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Pajak Dinilai Terlalu Tinggi, Tiket Bioskop Jadi Mahal

Pajak tontonan yang dinilai terlalu tinggi membuat harga tiket bioskop mahal.

1 April 2019 | 15.48 WIB

Dengan beroperasnyai bioskop Cinema XXI di Nipah Mal, Makassar pada Jumat, 18 Mei 2018, total layar Cinema 21 telah mencapai 1003 layar.
Perbesar
Dengan beroperasnyai bioskop Cinema XXI di Nipah Mal, Makassar pada Jumat, 18 Mei 2018, total layar Cinema 21 telah mencapai 1003 layar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta —Pajak tontonan yang dinilai terlalu tinggi membuat harga tiket bioskop mahal. Karena itu, pelaku usaha bioskop mendesak pemerintah menurunkan dan menyeragamkan besaran pajak bioskop menjadi merata 10 persen saja di seluruh Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI, Djohny Syafruddin, mengungkapkan selama ini pajak tontonan yang diberlakukan tiap daerah berbeda-beda, di kisaran 10-25 persen. Akibatnya, hal ini tentu memberatkan para pelaku usaha layar lebar ini.

"Pajak ini antara satu daerah dengan daerah lain berbeda-beda. Yang menetapkan pemda melalui undang-undang otonomi daerah mengatur sendiri nilai pajak yang ditetapkan," ujar Djohny seperti ditulis Bisnis.com, Senin 1 April 2019.

Besaran pajak yang tinggi ini berdampak pada bisnis bioskop di Indonesia. Demi menekan biaya operasional yang tinggi, biaya pajak yang tinggi ini dibebankan kepada konsumen, sehingga harga tiket bioskop menjadi semakin mahal. 

Mahalnya tiket ini membuat minat masyarakat daerah untuk menonton film turun.  Oleh karena itu, Djohny meminta pemerintah untuk segera menyeragamkan besaran pajak bioskop hingga 10 persen, merata di seluruh Indonesia. 

"Kalau ingin bioskop bisa tumbuh di daerah sebagai basis penonton film Indonesia, pemerintah harus menurunkan pajak tontonan hingga 10 persen dan harus berlaku di seluruh Indonesia. Ini harus segera dilakukan untuk mendukung industri film Indonesia," tutur Djohny. 

Selain pajak tontonan yang masih tinggi, Djohny menambahkan, tarif listrik yang dikenakan kepada bioskop juga sangat tinggi. Hal itu karena besaran tarif listrik bioskop disamaratakan dengan industri besar.  "Mestinya pemerintah juga memberlakukan tarif khusus untuk bioskop, karena tarif yang ada sekarang masih terlalu tinggi," ucap dia.

BISNIS.COM

 
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus