Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan keamanan siber Kaspersky mencatat 47.802.037 insiden serangan siber Bruteforce.Generic Remote Desktop Protocol (RDP) atau serangan siber protokol akses jarak jauh di Asia Tenggara atau ASEAN pada periode semester pertama tahun 2022. Serangan tersebut menargetkan karyawan yang bekerja jarak jauh atau hybrid.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dan menurut data Kaspersky, Indonesia adalah negara kedua terbanyak yang pekerja hybrid-nya menjadi target serangan siber dengan jumlah 11.735.700, di bawah Vietnam terbanyak pertama dengan jumlah 18.921.081. Sedangkan ketiga Thailand (8.628.326); keempat Singapura (3.557.114); kelima Malaysia (3.285.350); dan keenam Filipina (1.674.436).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky Yeo Siang Tiong menjelaskan data itu didasarkan pada hasil deteksi produk Kaspersky yang diterima dari pengguna yang menyetujui memberikan data statistik. “Solusi Kaspersky rata memblokir 265.567 serangan brute force di Asia Tenggara per hari-nya,” ujar dia lewat keterangan tertulis pada Senin, 3 Oktober 2022.
RDP adalah protokol milik Microsoft yang menyediakan pengguna dengan antarmuka grafis untuk terhubung ke komputer lain melalui jaringan. RDP banyak digunakan administrator sistem dan pengguna yang tidak terlalu teknis untuk mengontrol server dan PC lain dari jarak jauh.
Adapun serangan Bruteforce.Generic.RDP mencoba menemukan pasangan login/sandi RDP yang valid dengan cara sistematik memeriksa semua kemungkinan sandi hingga ditemukan yang benar. Serangan yang berhasil memungkinkan penyerang untuk mendapatkan akses jarak jauh ke komputer host yang ditargetkan.
“Tentu saja, bekerja dari rumah atau di mana pun di luar kantor mengharuskan karyawan untuk masuk ke sumber daya perusahaan dari jarak jauh dari perangkat pribadi mereka. Salah satu alat yang paling umum digunakan untuk menjawab kebutuhan ini adalah RDP,” kata Yeo Siang Tiong.
Menurut dia, Microsoft 365 merupakan perangkat lunak pilihan yang digunakan perusahaan dan Asia Tenggara memiliki lebih dari 680 juta orang—setengahnya berusia di bawah 30 tahun dan sangat paham teknologi. Dia melihat penggunaan protokol ini terus berlanjut karena kerja jarak jauh tetap menjadi normal.
“Dan otensi pelaku kejahatan siber akan terus melanjutkan pengejaran mereka untuk berkompromi dengan perusahaan dan organisasi di wilayah ini melalui serangan brutal,” tutur Yeo Siang Tiong.
Serangan RDP secara konseptual bukanlah hal baru, perusahaan keamanan siber asal Rusia itu mencatat bahwa pelaku kejahatan siber mengeksploitasi tren terkini untuk menargetkan perusahaan. Namun, belum pernah ada begitu banyak karyawan yang menggunakan protokol ini. “Mungkin itulah alasan mengapa mereka terus menjadi fokus utama para penyerang di Asia Tenggara,” ucap Yeo Siang Tiong.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini